Petani Bersama DKPP Pesbar Berantas Hama Tikus

BASMI TIKUS: Masyarakat Pekon Kotabatu, Kecamatan Ngaras bersama DKPP Pesisir Barat melakukan pembasian tikus di lahan persawahan. -FOTO IST-

NGARAS - Serangan hama tikus yang semakin meresahkan petani di Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), ditanggapi cepat oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat.

Pada Selasa (8/7) lalu, DKPP bersama para petani di Pekon (Desa) Kotabatu, Kecamatan Ngaras, menggelar aksi lapangan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) tikus secara serentak.

Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP,Muchtar Husin mengatakan Gerdal OPT tikus ini merupakan respons cepat terhadap keluhan petani terkait ancaman gagal panen akibat hama yang berkembang pesat saat musim tanam.

Kegiatan yang berlangsung di sejumlah lahan pertanian milik masyarakat ini juga difokuskan untuk menekan populasi tikus yang belakangan semakin merusak tanaman padi dan jagung.

“Gerdal ini merupakan langkah konkret. Kita tidak bisa menunggu sampai tikus merajalela dan petani menanggung kerugian besar. Maka dari itu, pengendalian dilakukan secara serentak, masif, dan melibatkan langsung petani sebagai pelaku utama,” katanya Muchtar.

Dalam pelaksanaannya, petani bergotong-royong melakukan berbagai metode pengendalian.

Mulai dari perburuan manual menggunakan alat tradisional, pemasangan perangkap di jalur lintasan tikus, hingga pengasapan lubang sarang menggunakan bahan alami, maupun upaya lainnya.

“Pengendalian hama tikus tidak cukup dilakukan sesekali. Butuh konsistensi dan partisipasi aktif dari semua pihak, terutama petani,” jelasnya.

Karena itu, kata dia, dalam kegiatan ini, DKPP juga memberikan edukasi tentang pengelolaan ekosistem lahan pertanian yang mendukung upaya pencegahan jangka panjang.

Pihaknya juga menyampaikan kepada petani mengenai bagaimana cara mengenali tanda-tanda awal serangan, cara mengatur habitat supaya tidak ramah bagi tikus, dan memperkenalkan pengendalian hayati seperti burung hantu sebagai predator alami.

“Ancaman terhadap ketahanan pangan lokal bukan hanya datang dari cuaca ekstrem, tapi juga dari organisme pengganggu yang selama ini kurang diantisipasi dengan pendekatan terpadu,” ujarnya.

Karena itu, kolaborasi antar petani dalam satu kawasan juga sangat penting. Sebab, pengendalian parsial atau individual seringkali tidak efektif. Tikus yang diusir dari satu lahan bisa berpindah ke lahan tetangga.

Sehingga, pendekatan massal seperti Gerdal menjadi solusi paling rasional dan terbukti lebih berdampak luas.

“Yang kita tekankan adalah kesadaran kolektif. Kalau hanya satu dua petani yang bergerak, tidak akan efektif. Tapi kalau satu pekon bergerak bersama, hasilnya akan jauh lebih maksimal,” kata dia.

Dengan pembasmian tikus yang berkelanjutan, pemerintah berharap produktivitas pertanian di Pesbar tetap terjaga.

Terlebih, kabupaten ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi utama di wilayah barat Provinsi Lampung.

Menjaga hasil pertanian berarti menjaga ketahanan pangan daerah, sekaligus mendukung stabilitas ekonomi petani lokal.(*) 



Tag
Share