Prabowo Pastikan Indonesia Damai di Tengah Konflik Dunia

Presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan pada peresmian peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL di Kawasan Artha Industrial Hills (AIH), Karawang, J--
Terpisah, Situasi di Timur Tengah kian memburuk. Pada Jumat, 27 Juni 2025, Jalur Gaza kembali diguncang serangan Israel. Dilaporkan, serangan menewaskan sedikitnya 62 warga Palestina.
Tragisnya, korban jiwa ini termasuk mereka yang tengah menunggu uluran tangan bantuan kemanusiaan di sekitar Jabalia dan Koridor Netzarim.
Data terbaru dari Al Jazeera bahkan mengungkapkan, total korban jiwa di Gaza sejak Oktober 2023 kini telah melampaui angka 55.959 orang, dengan 131.242 lainnya mengalami luka-luka.
Serangan mematikan ini terjadi di tengah dinamika regional yang kompleks. Usai gencatan senjata dengan Iran, Kepala Staf Militer Israel, Eyal Zamir, menyatakan bahwa fokus militer mereka kini sepenuhnya tertuju pada Gaza untuk “menggagalkan kekuatan Hamas.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa eskalasi konflik tidak hanya terbatas di Gaza. Di tengah gempuran tentara Ziones, upaya penyaluran bantuan kemanusiaan vital di Gaza menghadapi kendala serius.
Israel dilaporkan menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza utara. Langkah ini diambil setelah beredarnya sebuah video yang menunjukkan pria bersenjata di truk bantuan, yang oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung diklaim sebagai bukti bahwa Hamas “merebut bantuan.”
BACA JUGA:Curi Truk, Pelaku Hanya Dapat Untung Rp 1 Juta
Namun, klaim tersebut sontak dibantah oleh para pemimpin klan lokal di Gaza. Mereka menegaskan bahwa pria bersenjata dalam video itu justru bertindak sebagai pelindung, bukan pencuri bantuan. Polemik ini semakin mempersulit distribusi pasokan esensial bagi jutaan warga Gaza yang sangat membutuhkan.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, turut menyoroti situasi ini. Ia secara terbuka menyatakan kekhawatirannya terhadap operasi bantuan yang didukung Amerika Serikat melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF), menyebutnya “tidak aman secara inheren” dan bahkan “membunuh orang.”
Sementara itu, Israel bersikeras bahwa militernya tidak pernah menargetkan warga sipil. Meski menuai kontroversi, Amerika Serikat tetap mengalirkan dana sebesar $30 juta untuk GHF. Di sisi lain, Uni Eropa secara tegas menyerukan gencatan senjata segera sebagai langkah mendesak untuk mengakhiri penderitaan di Gaza.
Ironisnya, di tengah upaya dalihnya menggagalkan kekuatan Hamas di Gaza dan adanya gencatan senjata dengan Iran, Israel juga meluaskan operasi militernya ke utara.
Hingga, Sabtu, 28 Juni 2025, laporan dari Lebanon mengonfirmasi adanya serangan udara Israel yang menargetkan area pegunungan di selatan Lebanon, dekat kota Nabatieh.
Serangan pada Jumat, 27 Juni 2025, ini diklaim menargetkan fasilitas Hizbullah dan dilaporkan telah menewaskan setidaknya satu warga sipil serta melukai belasan lainnya. Pemerintah Lebanon, melalui Presiden Joseph Aoun, mengecam keras serangan ini.
Pihaknya menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata yang ada. Perluasan operasi militer ini menunjukkan bahwa Israel berupaya mengatasi ancaman keamanan dari berbagai arah, menambah kompleksitas dan ketegangan di seluruh kawasan.
Kehadiran militer Israel di beberapa pos di Lebanon dan serangan udara rutin terhadap anggota Hizbullah mengindikasikan bahwa konflik di perbatasan utara Israel juga masih sangat aktif. (beritasatu/disway/yud)