Kenali Talent DNA, Kunci Baru dalam Pengelolaan Kehumasan

ILUSTRASI Kenali Talent DNA, Kunci Baru dalam Pengelolaan Kehumasan.-Foto Maulana Pamuji Gusti/Harian Disway -
Oleh: I Gede Alfian Septamiarsa*
DI DUNIA kehumasan, kita terbiasa berbicara soal strategi komunikasi, manajemen isu, hingga citra publik. Namun, ada satu hal yang kerap terlewat, yaitu mengenali siapa yang menjalankan peran itu. Siapa sosok di balik naskah rilis, strategi medsos, dan konferensi pers yang selalu siap menjawab krisis?
Jawabannya adalah manusia, dengan segala keunikan dan kekuatan alaminya. Di sanalah pendekatan talent DNA hadir untuk dapat membawa warna baru bagi kehumasan.
APA ITU TALENT DNA DAN KENAPA RELEVAN?
Talent DNA bukan sekadar istilah keren dari dunia pengembangan diri. Itu adalah metode pemetaan, menemukenali potensi atau talenta individu berdasarkan kekuatan alami yang dimiliki sejak lahir.
Yang saat ini sudah dikembangkan oleh ESQ Corp adalah talent DNA test berbasis AI. Dengan teknologi itu, setiap personal bisa mengenali karakteristik dan talentanya. Tak hanya 10 talenta, tetapi 45 dapat dibaca talentanya melalui talent DNA test itu.
Sepuluh talenta teratas biasanya untuk potensi yang maksimal kita lakukan, lima talenta terbawah merupakan potensi yang harus dikembangkan dan digali lebih dalam.
Bayangkan, setiap kita punya ”sidik jari talenta”. Ada yang terlahir sebagai komunikator ulung, ada yang cemerlang dalam mengelola relasi, ada pula yang tenang dan tangguh saat krisis datang.
Sebuah studi dari Gallup menyebutkan bahwa individu yang bekerja sesuai kekuatan alaminya bisa meningkatkan kinerja hingga 20 persen dan keterlibatan kerja naik 73 persen.
Itu bukan angka main-main. Di tengah pekerjaan humas yang multitasking dan tekanan tinggi, tahu siapa yang cocok mengisi peran tertentu bisa menghemat energi dan menghindari kesalahan fatal.
SI TENANG DI TENGAH BADAI
Saya teringat satu momen saat terjadi kegaduhan media sosial karena isu pelayanan publik di daerah. Seluruh tim panik, sebagian tergoda untuk langsung ”klarifikasi” di akun resmi. Namun, justru seorang staf kami yang biasanya pendiam –sebut saja A– menyodorkan pendekatan yang berbeda.
Ia menganalisis nada percakapan publik, memetakan komentar berdasarkan sentimen, lalu menyusun naskah respons yang halus, tapi tegas.
Ternyata, hasil talent DNA A memang menunjukkan kekuatan di area analitis-tenang dan pemikir strategis. Ia bukan yang paling vokal di ruang rapat, tapi saat krisis datang, ia adalah jangkar stabil tim kami. Hari itu, krisis tak hanya diredam. Kami justru dipuji karena cara komunikasi yang dewasa dan terukur.