PalmCo Paparkan Arah Transformasi di Ajang Palmex Indonesia 2025

Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyampaikan strategi transformasi perusahaan dalam pertemuan industri sawit internasional Palmex Indonesia 2025.-Foto Ist-

RADAR LAMPUNG - Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyampaikan strategi transformasi perusahaan dalam pertemuan industri sawit internasional Palmex Indonesia 2025 yang berlangsung di Jakarta International Expo (JIEXPO), Kamis (15/5). Dengan mengangkat tema Enhancing Productivity While Maintaining Sustainability Standards in Palm Oil Plantation, ia menyoroti langkah-langkah reformasi menyeluruh yang tengah dilakukan PalmCo.

Jatmiko membuka presentasinya dengan mengulas kebijakan pemerintah yang diterbitkan pada akhir 2023, yaitu penggabungan sejumlah unit usaha PTPN menjadi satu entitas besar bernama PalmCo. Kebijakan tersebut memicu perubahan besar-besaran, baik dari sisi struktur, tata kelola, hingga operasional di lapangan.

“Perbedaan budaya kerja dan sistem manajemen menjadi tantangan utama di awal proses integrasi. Apalagi industri ini masih sangat mengandalkan tenaga kerja manusia. Maka, pembenahan harus dilakukan dari hulu hingga ke hilir,” ujarnya.

Dengan luas kebun terbesar secara global, yang tersebar di berbagai pulau seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan sebagian Papua, PalmCo memiliki posisi strategis. Namun, menurut Jatmiko, ukuran lahan bukan satu-satunya faktor kesuksesan. “Keberhasilan justru sangat ditentukan oleh manusia yang mengelolanya, cara mereka memperlakukan tanaman, serta pemanfaatan sumber daya secara bijak,” tuturnya.

Transformasi yang dijalankan PalmCo juga ditandai dengan penerapan digitalisasi secara terintegrasi. Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah PalmCo Business Cockpit, sistem berbasis ERP SAP yang memadukan seluruh data operasional dalam satu platform. Ini memungkinkan manajemen mengambil keputusan secara cepat dan tepat berdasarkan informasi real-time.

“Dengan sistem ini, semua keputusan memiliki dasar data yang sahih dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini adalah satu sumber kebenaran yang kami andalkan,” tambahnya.

Sebagai bagian dari BUMN, PalmCo juga menjalankan mandat sosial, termasuk mendukung program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Pemerintah menargetkan PalmCo untuk mendampingi peremajaan 60.000 hektare kebun plasma hingga 2026, yang berdampak langsung pada 120.000 petani dan keluarga mereka. Hingga 2025, perusahaan telah menerbitkan rekomendasi untuk sekitar 20.000 hektare lahan PSR.

Selain membantu replanting, PalmCo juga aktif memerangi penggunaan bibit sawit ilegal dengan mendorong penggunaan bibit unggul bersertifikat. Langkah ini diyakini akan meningkatkan produktivitas petani secara signifikan. “Jika produktivitas meningkat, maka pendapatan petani akan ikut naik, dan kualitas Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima industri pun lebih baik,” jelas Jatmiko.

PalmCo juga turut memberdayakan pelaku usaha kecil, khususnya UMKM lokal. Di salah satu wilayah kerja perusahaan, alat panen sawit kini diproduksi oleh koperasi pandai besi setempat yang menjadi mitra binaan perusahaan.

Dalam bidang energi berkelanjutan, PalmCo telah mengoperasikan 11 Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dengan total kapasitas 12,05 megawatt. Selanjutnya, PalmCo menargetkan pembangunan 29 unit fasilitas Bio-CNG hingga tahun 2030, serta satu unit pabrik bahan bakar ramah lingkungan Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang diproyeksikan mulai beroperasi pada 2027.

PalmCo juga menjadi perusahaan perkebunan pertama di Indonesia yang memperoleh Sertifikat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yang diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup saat kunjungan ke salah satu unit perusahaan di Riau. Pengakuan ini dianggap sebagai bukti komitmen PalmCo dalam menjalankan agenda dekarbonisasi.

Lebih jauh, Jatmiko menegaskan bahwa upaya pengurangan emisi tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan reputasi industri kelapa sawit Indonesia, khususnya di pasar Eropa yang semakin ketat.

“Kami ingin menunjukkan bahwa industri sawit nasional mampu berkembang dengan tetap mengedepankan keberlanjutan dan kepedulian lingkungan. Ini bukan hanya penting bagi bisnis, tapi juga bagi masa depan bumi,” tutupnya. (*)

 

Tag
Share