Pengamat: Pertemuan Megawati-Prabowo Bisa Dimaknai Jarakkan Diri dari Jokowi

Pertemuan Megawati dan Prabowo dinilai Jamiluddin Ritonga sebagai sinyal politik menjelang perubahan dinamika hubungan dengan mantan Presiden Jokowi. -FOTO IST -
JAKARTA – Pengamat politik Jamiluddin Ritonga menilai rencana pertemuan antara Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dengan Presiden RI Prabowo Subianto memiliki makna politis yang mendalam.
Ia menyebut interaksi keduanya tak bisa dilepaskan dari konteks hubungan politik nasional, termasuk dinamika antara PDIP dan mantan Presiden Joko Widodo.
Pernyataan itu disampaikan Jamiluddin menanggapi pernyataan Megawati tentang Prabowo yang mengaku rindu akan nasi goreng buatannya.
“Setiap pertemuan dua tokoh ini tentu juga akan dimaknai secara politis, karena keduanya adalah pimpinan partai besar,” ujar Jamiluddin, Minggu (11/5).
Ia menambahkan, pertemuan tersebut bisa saja dilihat sebagai sinyal bahwa Prabowo berupaya melepaskan diri dari bayang-bayang politik Presiden Jokowi atau yang ia sebut sebagai “Geng Solo.”
“Ini bisa dimaknai sebagai upaya Prabowo untuk lepas dari pengaruh Jokowi,” kata Jamiluddin.
Menurutnya, dengan mendekat secara simbolis ke Megawati, Prabowo mungkin ingin menyeimbangkan dominasi politik di sekitarnya.
“Prabowo bisa saja menginginkan agar Geng Solo tidak terlalu dominan, apalagi jika Megawati secara formal terlihat semakin dekat dengannya,” ujarnya.
Sebaliknya, Jamiluddin juga menilai Megawati kemungkinan besar menginginkan agar Prabowo menjaga jarak dengan Presiden Jokowi, mengingat hubungan PDIP dengan Jokowi belakangan ini mengalami ketegangan.
“Megawati tampaknya memang menginginkan Prabowo tidak lagi terlalu dekat dengan Jokowi,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengonfirmasi rencana pertemuan lanjutan antara Megawati dan Prabowo.
“Sedang diatur, tenang saja,” kata Prasetyo pada Jumat (9/5).
Ia menyebut Prabowo mengungkapkan rasa rindunya terhadap Megawati, terutama terhadap masakan khasnya.
“Kan, kangennya sudah dua setengah tahun, tetapi kemarin sudah ketemu. Alhamdulillah, beliau berdua sudah bertemu,” ucap Prasetyo.
Pertemuan Megawati dan Prabowo sebelumnya berlangsung pada April 2025, yang menjadi pembuka kemungkinan kerjasama atau pembentukan aliansi politik baru di masa pemerintahan mendatang.
Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi membenarkan bahwa Presiden Prabowo akan bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Pras mengatakan Prabowo dan Megawati sudah 2,5 tahun tak bersilaturahmi. Namun, kata dia, rindu tersebut sudah terobati pada pertemuan Hari Raya Idul Fitri 1446 H.
“Betul. Kan kangennya sudah dua setengah tahun, tapi kemarin kan sudah alhamdulillah sudah ketemu beliau berdua,” kata Pras di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat, 9 Mei 2025.
Ia membuka peluang jika akan ada pertemuan lagi dengan Prabowo dan Megawati. “Sedang diatur, tenang aja,” ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri berkelakar hingga kini Presiden Prabowo Subianto masih ‘merindukan’ nasi goreng buatannya.
Mulanya, Megawati berkelakar meski telah menjadi Presiden ke-5, dirinya masih diminta untuk memasak.
“Saya jelek-jelek gini, kalau saya daftar sebagai chef, pasti diterima. Betul loh. Itu nggak bohong loh. Biar gimana aja, masa aku sudah Presiden ke-5, sudah gitu ketua umum partai, terus suruh masakin masak-masak, terus ngasih kamu, ya nggaklah. Masak masakin buat kalian,” kata Megawati saat acara Trisakti Tourism Award, Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025.
Megawati kemudian mengungkapkan Presiden Prabowo sering menanyakan soal nasi goreng. Presiden, kata Megawati, bolak-balik minta dimasakkan nasi goreng.
“Yang masih nanya terus tuh tahu nggak sopo? Rahasia ya. Siapa? Hayo, Presiden bolak-balik nanya ‘Kapan aku dibikinin nasi goreng Mbak ya’. Yo Presiden sopo yo? Terang aja dah,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri sempat menyadari kondisi partainya babak belur usai kontestasi Pemilu 2024 lalu.
“Saudara-saudara sekalian, anak-anakku yang saya cintai, coba pikirkan. Kemarin Pemilu, saya enggak pernah ngomong. Tapi sekarang saya sentil lagi sedikit. Why? Setelah babak belur kayak begitu, babak belur apa nggak? Haah kan enggak ngaku toh. Babak belur apa tidak?” ujar Megawati, Jumat, 9 Mei 2025.
“Babak belur!” jawab ribuan kader PDI Perjuangan.
Presiden ke-5 RI itu pun mengungkapkan penyebab PDIP babak belur dalam Pemilu 2024 karena ada kadernya yang gagal. Padahal, menurut penilaian dia, harusnya ada kadernya yang berhasil pada pemilu 2024.
Diketahui, pada Pemilu 2024, kader PDIP maju Pilpres 2024 yaitu Ganjar Pranowo. Namun Ganjar bersama pasangannya, Mahfud MD gagal memperoleh suara signifikan.
“Nggak percaya saya panggil nanti orangnya, kenapa? Yang harusnya jadi nggak jadi. Dan saya bertanggung jawab bahwa gini, saya kan tau orang-orangnya ini,” kata Megawati.
“Jadi saya bisa memberi nilai. Jadi saya udah yakin bahwa ini pasti akan jadi,” sambungnya.
Di bagian lain, Megawati juga menyoroti kondisi Indonesia saat ini. Apalagi setiap berganti pimpinan, kebjakan selalu berganti.
“Gawat ini republik ini. Maunya itu opo. Aturan bolak-balik gonta ganti. Saya bilang seperti nari poco-poco,” kata Megawati.
Megawati menyebut, sebaiknya pergantian kepemimpinan tidak perlu disertai dengan perubahan kebijakan yang drastis. Jangan langsung mengganti total kebijakan.
“Mbok ya satu kali saja, dret... gitu loh. Ganti menteri, ganti presiden, ya jangan langsung ganti aturan. Sudah ada yang mau dijalankan, terus diganti, itu bagaimana?” ujarnya.
Ia mengaku sedih atas kondisi demikian. “Saya kenapa berani ngomong begini? Karena ini kebenaran. Coba saja kamu rasakan. Masa seperti ini,” tambahnya.
Megawati mengingatkan seharusnya ada perencanaan pembangunan jangka panjang yang konsisten, sehingga kebijakan tidak selalu berubah-ubah.
“Supaya tidak poco-poco. Sudah bagus, karena ganti aturan mundur lagi. Mending mundurnya sama. Kalau ini maju dua langkah, tahu-tahu mundur lima langkah. Itu kan saya perhatikan,” ungkapnya.
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri merasa geram dituding menjual pulau saat dirinya menjabat sebagai Presiden.
Ia menyebut tudingan tersebut berasal dari orang-orang tua. “Loh ada orang tua, ndak tahu siapa, enak banget ngomong. Enaknya dia ngomong kayaknya dia tahu, terus bilang yang namanya ‘kan Bu Mega cuma pimpin 3 tahun. Sudah gitu dianya jualan pulau’,” Kata Megawati, dikutip, Jumat, 9 Mei 2025.
Ia mengaku hanya membetulkan ekonomi tanpa mengorbankan kedaulatan negara. “Enak aja ini orang, tua, laki. Kapan saya jualan pulau? Saya membetulkan ekonomi,” jelas dia.
Megawati mengaku saat menjabat itu. Ia mendapat penyelesaian utang International Monetary Fund (IMF). “Saya dapat award menyelesaikan utang IMF. Makanya kalian jangan hanya liat sekarang sudah turun. Pertanyaan saya nanti lihat sampai satu tahun. Nanti saya dibilang provokator,” ujarnya.
Dalam pidato tersebut, Megawati juga menyinggung kondisi ekonomi saat ini, termasuk fluktuasi harga kebutuhan pokok seperti cabai. Ia mempertanyakan apakah penurunan harga bersifat jangka panjang, sekaligus mengkritik pola pikir jangka pendek dalam menilai situasi ekonomi.
“Coba, ya sudahnya untuk berapa lama? Loh iya saya bertanya, turunnya untuk berapa lama? Belum tentu. Makanya cara pikir itu jangan pendek,” ucap Megawati.
Ia juga menegur keras para kader partai yang ia nilai tidak turun langsung melihat penderitaan rakyat. Ia menegaskan bahwa tanpa partai, banyak dari mereka tidak akan dikenal masyarakat.
“Nobody loh. Kalau kamu nggak ada di PDIP, siapa yang mau tahu kalian? Paling cuma begitu-begitu. Tolong deh, tolong banget turun ke bawah. Kasian rakyat,” kata dia.
Megawati mengingatkan bahwa sebagai presiden, dirinya menghadapi situasi yang amat berat, termasuk mengurus kredit macet dari lebih 300 ribu debitur dalam skema Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
“Itu stafnya hebat. Kalau tidak bisa bayar, gampangnya dia harus masuk penjara,” ungkap Megawati.
Ia juga menekankan bahwa dirinya tidak mencari pujian, melainkan ingin mendidik dan mengingatkan para kadernya. “Ini saya gini bukan supaya saya ‘wah, Ibu keren’. Tidak. Saya ajarin kamu karena kamu ini petugas partai. Saya ketum kamu loh. Elek-elek,” tuturnya. (jpnn/c1/abd)