Mangrove: Hutan Ajaib yang Menjanjikan Sumber Obat Masa Depan

Dr. Duryat, S.Hut., M.Si. --
Sayangnya, potensi ini masih jauh dari optimalisasi. Riset bioprospeksi yang mengkaji senyawa bioaktif dari mangrove masih terbatas, dan sebagian besar fokus pada spesies yang umum atau mudah diakses. Padahal, setiap wilayah pesisir Indonesia memiliki komposisi mangrove yang khas, yang berpotensi menghasilkan senyawa dengan struktur kimia dan aktivitas biologis yang unik.
Jika riset ini digarap serius, mangrove lokal dapat menjadi sumber inspirasi dalam penemuan obat baru berbasis biodiversitas Indonesia. Lebih dari itu, eksplorasi mangrove untuk kepentingan kesehatan juga dapat memperkuat kedaulatan hayati bangsa dan membuka peluang ekonomi berbasis pengetahuan lokal.
Dalam konteks ini, kolaborasi antara perguruan tinggi, lembaga riset, masyarakat adat, dan pemerintah daerah menjadi kunci untuk mengangkat mangrove lokal dari sumber daya yang terabaikan menjadi sumber daya strategis bagi masa depan.
Meskipun potensi farmakologis mangrove sangat menjanjikan, pemanfaatannya tidak bisa dilepaskan dari tantangan ekologis dan tanggung jawab etis. Bioprospeksi yang dilakukan tanpa panduan konservasi yang ketat justru dapat merusak ekosistem mangrove yang rapuh.
Pemanfaatan berlebihan, terutama jika hanya fokus pada spesies tertentu atau dilakukan tanpa memperhatikan regenerasi alamiah, berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir. Selain itu, isu ketimpangan akses dan keadilan dalam pemanfaatan sumber daya genetik juga perlu diperhatikan.
Pengetahuan lokal dan hak masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan ekosistem mangrove selama ratusan tahun harus dihargai dan dilibatkan dalam setiap proses penelitian maupun pengembangan produk.
Oleh karena itu, pendekatan yang diperlukan adalah konservasi berbasis pemanfaatan berkelanjutan (sustainable use) dengan prinsip kehati-hatian (precautionary principle). Di sinilah pentingnya regulasi nasional yang mendukung riset biodiversitas tanpa mengorbankan kelestarian, sekaligus membuka ruang kolaboratif antara peneliti, pembuat kebijakan, industri farmasi, dan komunitas lokal.
Tanpa komitmen etis ini, potensi mangrove sebagai sumber obat masa depan hanya akan menjadi ilusi jangka pendek yang mengorbankan warisan ekologis bangsa.
Sudah saatnya kita memandang mangrove bukan hanya sebagai benteng alami dari gelombang laut, tetapi juga sebagai laboratorium hidup yang menyimpan harapan bagi masa depan kesehatan manusia. Potensi farmakologis yang dimiliki ekosistem ini harus menjadi pendorong untuk memperkuat riset-riset interdisipliner yang menggabungkan keilmuan farmasi, ekologi, bioteknologi, dan kearifan lokal.
Pemerintah dan lembaga penelitian perlu membuka ruang yang lebih luas bagi eksplorasi senyawa bioaktif dari mangrove dengan tetap menjunjung tinggi prinsip konservasi dan keadilan akses sumber daya genetik.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu diberikan edukasi bahwa pelestarian mangrove tidak hanya berdampak pada ekologi, tetapi juga pada kesehatan dan kemandirian bangsa di bidang pengembangan obat-obatan alami. Jika dijaga dan dikelola secara bijak, mangrove bukan hanya akan menyelamatkan garis pantai kita dari ancaman abrasi, tetapi juga berkontribusi menyembuhkan tubuh manusia dari berbagai penyakit masa depan. (*)
*) Penulis merupakan Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila dan anggota Ikaperta Unila