Belasan Gajah Liar Hantam 7 Rumah Petani Kopi

MENGAMUK: Kawanan gajah liar mengamuk dan merusak tujuh rumah singgah milik petani kopi di Dusun Peninjauan, Pekon Bumihantatai, Kecamatan Bandarnegeri Suoh, Lampung Barat, Selasa (8/4) sekitar pukul 19.00 WIB.-FOTO IST -

LAMPUNG BARAT – Kawanan gajah liar mengamuk dan merusak tujuh rumah singgah milik petani kopi di Dusun Peninjauan, Pekon Bumihantatai, Kecamatan Bandarnegeri Suoh, Lampung Barat, Selasa (8/4) sekitar pukul 19.00 WIB.

Kawanan gajah tersebut berjumlah sekitar 18 ekor dan diduga tengah mencari makanan saat memasuki area permukiman.

Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Liwa San Andre Jatmiko, S.Hut, M.M. mengungkapkan bahwa insiden ini terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), yang merupakan habitat alami gajah sumatera.

’’Rumah-rumah singgah yang rusak itu mayoritas terbuat dari bahan bambu dan papan, digunakan para petani untuk beristirahat setelah bekerja di ladang. Kerugian material akibat kejadian ini mencapai Rp25 juta,” jelas San Andre.

Rumah yang mengalami kerusakan berat di antaranya milik Wawan, Kardi, dan Aspari. Sementara rumah milik Asep, Ahdo, Amir, Hemi, dan Kodang juga terdampak, meski dengan tingkat kerusakan yang lebih ringan.

BACA JUGA:PSI Sambut Baik Pertemuan Prabowo-Megawati, Usul Megawati Temui Jokowi dan SBY

San Andre menambahkan bahwa insiden ini memperlihatkan pentingnya peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh satwa liar.

’’Kami sudah mengimbau warga agar bersiaga dan mengungsi sementara waktu jika situasi memburuk. Saat ini, kawanan gajah masih terpantau berada di area yang hanya berjarak sekitar 2,2 kilometer dari batas permukiman,” tegasnya.

Di sisi lain, Camat Bandarnegeri Suoh Mandala Harto juga meminta masyarakat tidak menyepelekan kejadian ini.

’’Kami tidak bisa memprediksi kapan kawanan gajah ini kembali. Yang pasti, keselamatan warga adalah prioritas utama. Kami mengimbau agar petani segera mengungsi ke tempat yang lebih aman,” kata Mandala.

Pihak pengelola TNBBS bersama instansi pemerintah daerah terus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar ini. Mereka berjanji memantau situasi secara intensif dan melakukan langkah-langkah yang tepat guna mengurangi potensi kerugian lebih lanjut, baik dari sisi material maupun keselamatan warga.

’’Gajah sumatera merupakan satwa dilindungi yang kini semakin terancam. Konflik dengan manusia kerap terjadi akibat menyempitnya habitat mereka. Karena itu, mitigasi konflik menjadi hal penting yang harus terus dilakukan,” pungkas San Andre. (adi/nop/c1/yud)

 

Tag
Share