Perputaran Ekonomi Ramadan dan Lebaran 2025 Lebih Rendah

MUDIK: Terminal Purabaya saat dipadati pemudik, Jumat (28/3).--FOTO ANGGER BONDAN/JAWA POS

JAKARTA - Ramadan dan Lebaran menjadi momen untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Sayangnya, perputaran uang selama Ramadan dan Lebaran periode 2025 melemah dibandingkan tahun lalu. Sejalan dengan tekanan ekonomi yang cukup berat.

Salah satu alasannya adalah masih masifnya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada awal 2025. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 18.610 orang yang terkena PHK dari Januari hingga Februari 2025. Jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama pada 2024.

 

Bahkan mengacu data Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sudah 60 ribu buruh mengalami PHK dari 50 perusahaan. Kondisi demikian membuat kinerja konsumsi melemah. Tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang melemah dari bulan sebelumnya sebesar 127,2 menjadi 126,4 pada Februari 2025. Meski masih dalam level optimis (>100).

 

Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyampaikan, perputaran uang selama Ramadan dan Idul Fitri melemah dibandingkan dengan tahun lalu. Tambahan jumlah uang beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) melemah 16,5 persen dibandingkan momen yang sama pada 2024.

 

"Tambahan uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan 2024, tambahan uang beredar ketika Ramadan dan Idul Fitri mencapai Rp136,97 triliun," kata Huda.

 

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira menambahkan, dengan penurunan tambahan uang beredar itu, maka berdampak pada pembentukan produk domestik bruto (PDB) secara nasional yang tidak optimal.

 

Berdasarkan modelling yang dilakukan Celios pada 2024, tambahan PDB akibat adanya Ramadan dan Lebaran mencapai Rp168,55 triliun. Sedangkan tahun ini hanya Rp140,74 triliun atau turun 16,5 persen.

 

Keuntungan pengusaha juga hanya Rp84,19 triliun. Jauh di bawah tambahan pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp100,83 triliun. Indikator lain yang memotret pelemahan daya beli masyarakat adalah menurunnya porsi simpanan perorangan yang hanya mencapai 46,4 persen terhadap total dana pihak ketiga (DPK).

Tag
Share