Menaker Sebut Ada 3 Juta Lulusan SMA dan SMK Menganggur

MASIH TINGGI: Menaker menyebut dari angka pengangguran di Indonesia 7,5 juta orang, diantaranya ada sekitar 3 juta lulusan SMA dan SMK - FOTO ILUSTRASI DIMAS PRABOWO/RADAR BANYUMAS-
JAKARTA – Masalah pengangguran di Indonesia kian mengkhawatirkan! Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menyebut bahwa dari total 7,5 juta pengangguran yang da di Indonesia, sekitar 3 juta di antaranya merupakan lulusan SMA dan SMK.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ini menyoroti kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri.
“Kita lihat pengangguran sekarang 7,5 juta, tingkat pengangguran kita 4,91 persen. Sekitar 3 jutaan adalah lulusan SMA dan SMK. Ini potretnya. Lulusan SMP ada 2,5 juta pengangguran,” kata Menaker Yassierli di Jakarta.
Menurut Yassierli, pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya bisa menghasilkan lulusan yang siap bekerja, meskipun ada beberapa sekolah unggulan yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan industry saat ini, secara umum sistem pendidikan di Indonesia kata dia masih tertinggal.
“Kita bicara Indonesia dengan kompleksitas dan luasnya. Kita punya beberapa SMA dan SMK unggulan, tapi mayoritas lulusan masih kesulitan masuk dunia kerja,” ujarnya.
Perubahan di dunia industri yang cepat juga menjadi tantangan tersendiri. Dengan hadirnya revolusi industri 4.0 hingga 5.0, serta konsep Green Economics dan Circular Economics, banyak pekerjaan saat ini yang membutuhkan keterampilan baru.
Sebagai contoh, mekanik atau teknisi mobil yang sebelumnya hanya memperbaiki mobil konvensional saat ini dituntut untuk bisa memperbaiki mobil listrik. Jika tidak segera beradaptasi dengan zaman, lulusan SMA-SMK akan semakin sulit mendapatkan pekerjaan.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Ketenagakerjaan kini sedang merumuskan program School to Work Transition atau transisi dari sekolah ke dunia kerja.
“Kami sedang mengkaji metode transisi dari sekolah ke dunia kerja. Salah satu pembekalannya adalah IP Digital, yang sangat penting agar mereka lebih siap menghadapi future jobs,” jelas Yassierli.
Selain itu, pemerintah juga berupaya untukmMeningkatkan pelatihan vokasi pada balai-balai latihan kerja agar sesuai dengan tuntutan industri. Kemudian mendorong reskilling dan upskilling bagi lulusan SMA-SMK agar lebih kompetitif di pasar tenaga kerja.
Menjalin kerja sama dengan industri untuk mempercepat penyerapan tenaga kerja.
“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menyongsong pekerjaan masa depan, agar nantinya tidak kesulitan dalam melakukan upskilling dan reskilling ketika industri berubah,” ucapnya.(disway/nca)