THR, Suplemen Obat Kuat di Tengah Lesunya Daya Beli

ILUSTRASI THR, Suplemen Obat Kuat di Tengah Lesunya Daya Beli. -FOTO MAULANA PAMUJI GUSTI/HARIAN DISWAY -

Namun, kali ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebuah anomali, yakni Indonesia mengalami deflasi year-on-year atau tahunan sebesar 0,09 persen pada 3 Februari 2025. BPS juga mencatat, Indonesia mengalami deflasi bulanan atau month-to-month sebesar 0,48 persen pada Februari 2025. 

Deflasi tahunan yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan kejadian langka yang mana kali terakhir deflasi year-on-year Indonesia terjadi pada 25 tahun yang lalu, tepatnya Maret 2000 di mana pada saat itu deflasi sebesar 1,10 persen. Faktor pemicu deflasi saat itu mayoritas disumbang kelompok bahan makanan dan minuman. 

Faktor penyebab deflasi bisa dipicu dari menurunnya permintaan publik akan barang dan jasa, saat produksi terus meningkat atau tidak bisa dikurangi, dan masyarakat tidak lagi mengonsumsi barang tersebut karena bosan atau membatasi pembelian. 

Juga, perlambatan kegiatan ekonomi sehingga banyak pekerja yang terdampak karena berkurangnya penghasilan sehingga jumlah uang beredar di masyarakat pun menjadi berkurang.

Dapat dipahami, di tengah berlangsungnya pelemahan daya beli masyarakat, hadirnya THR menjadikannya bak katalisator yang bisa mencairkan kemandekan perputaran roda perekonomian. 

Meski bersifat musiman, pencairan THR merupakan stimulan bagi bergeraknya lokomotif ekonomi yang diharapkan memantik pertumbuhan kutub-kutub ekonomi baru yang produktif di berbagai pelosok daerah sekaligus berfungsi sebagai ”suplemen obat kuat” di saat lesunya gairah daya beli masyarakat. (*)

Tag
Share