Pasokan Gas Bumi Menurun, Impor Jadi Opsi Jangka Pendek

MENURUN: Pasokan gas bumi nasional mengalami penurunan akibat natural decline dari sumur tua yang sudah beroperasi.--FOTO ISTIMEWA
Berdasarkan proyeksi The International Energy Agency (IEA), konsumsi gas bumi global diprediksi tetap stabil hingga 2050, sementara energi fosil lainnya mengalami penurunan signifikan. Tren ini menunjukkan bahwa banyak negara menjadikan gas sebagai energi transisi sebelum beralih sepenuhnya ke energi terbarukan.
“Artinya, bukan hanya Indonesia, negara lain di dunia juga melakukan hal yang sama dalam utilisasi terhadap gas bumi untuk menopang ketahanan energinya,” ujar Direktur Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaiman.
Gas bumi memiliki peran krusial dalam berbagai sektor, mulai dari pembangkit listrik, industri, hingga kebutuhan rumah tangga. Pemerintah berupaya memastikan pasokan tetap terpenuhi dengan mengembangkan jaringan transmisi dan distribusi pipa di Pulau Jawa dan Sumatera.
“Supaya bisa dipenuhi maka harus ada pengaturan yaitu dari solusi infrastruktur. Di Jawa dan Sumatera ditopang jaringan transmisi dan distribusi pipa baik yang eksisting maupun dalam penyelesaian, yaitu Cisem (Cirebon – Semarang) dan Dusem (Dumai – Sei Mangke),” jelasnya.
Sementara itu, untuk Indonesia bagian tengah dan timur, solusi yang diterapkan berbeda mengingat tantangan geografis wilayah kepulauan.
“Di wilayah Indonesia Tengah dan Timur lebih banyak diselesaikan dengan virtual pipeline seperti moda LNG, mini LNG, dan di daerah tersebut dibangun Terminal Regasifikasi. Kalau kita negara daratan mungkin gampang lah dengan pipa seluruhnya. Karena kita negara kepulauan maka solusinya beda. Lebih rinci dan rigid dan di setiap tahapan supply chain ada strategi keekonomian yang harus diperhitungkan,” pungkasnya. (jpc/c1)