OJK Blokir 587 Pinjol Ilegal

-Ilustrasi Beritasatu-
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas Pasti) sudah memblokir 587 layanan pinjaman online (pinjol) ilegal selama 1 hingga 24 Januari 2025.
Bukan hanya pinjol ilegal yang diblokir, OJK juga melakukan pemblokiran terhadap 209 entitas investasi ilegal, sehingga total entitas yang sudah dihentikan pada awal tahun ini mencapai 796.
Kepala Eksekutif Pengawas Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan, sejak 1 Januari 2024 hingga 24 Januari 2025, pihaknya sudah menutup 3.517 layanan pinjol illegal, dan 519 penawaran investasi ilegal yang berpotensi membuat rugi masyarakat.
"OJK juga menerima laporan terkait 117 rekening bank atau virtual account yang diduga terlibat dalam aktivitas keuangan ilegal, dan telah mengajukan permohonan pemblokiran kepada satuan kerja pengawas bank agar bank terkait segera menindaklanjuti," kata Friderica, yang akrab disapa Kiki, dalam keterangan resminya di Jakarta.
Lebih lanjut, Satgas PASTI dari OJK juga menemukan nomor kontak debt collector yang digunakan oleh layanan pinjol ilegal dan investasi ilegal. Sebanyak 1.330 nomor telah diajukan untuk pemblokiran ke Kementerian Komunikasi dan Digital.
Dalam memberantas praktik keuangan ilegal, OJK juga menerima 16.610 pengaduan terkait aktivitas ilegal sejak 1 Januari 2024 hingga 31 Januari 2025. Dari jumlah tersebut, 15.477 aduan berkaitan dengan pinjol ilegal, sementara 1.133 lainnya mengenai investasi ilegal.
Sebagai langkah lanjutan, OJK bersama anggota Satgas Pasti serta dukungan dari asosiasi industri perbankan dan sistem pembayaran, telah membentuk Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) atau Pusat Penanganan Penipuan Transaksi Keuangan.
Sejak mulai beroperasi pada 22 November 2024 hingga 9 Februari 2025, IASC telah menerima 42.257 laporan dengan total 70.390 rekening yang diduga terlibat dalam penipuan.
"Dari jumlah tersebut, sebanyak 19.980 rekening telah diblokir, atau sekitar 28% dari total laporan," tambah Kiki.
Selain itu, Satgas Pasti dari OJK mencatat laporan dari para korban menunjukkan total kerugian mencapai Rp 700,2 miliar, sementara dana yang berhasil diblokir mencapai Rp 106,8 miliar.
Kiki memastikan bahwa IASC akan terus meningkatkan kapasitasnya dalam mempercepat penanganan kasus penipuan di sektor keuangan, khususnya pinjol ilegal dan investasi ilegal.(beritasatu/nca)