Sabtu, 08 Feb 2025
Network
Beranda
Berita Utama
Ekonomi Bisnis
Lampung Raya
Politika
Olahraga
Metropolis
Lainnya
Advertorial
Edisi Khusus
Iklan Baris
Sosok
Bursa Kerja
Arsitektur
Wisata dan Kuliner
Otomotif
Teknologi
Lifestyle
Kesehatan
Hobi
Kriminal
Pendidikan
Edisi Ramadan
Network
Beranda
Lifestyle
Detail Artikel
Efek Psikologis Pengabaian Emosional Anak
Reporter:
Redaksi
|
Editor:
Syaiful Mahrum
|
Jumat , 07 Feb 2025 - 22:38
--FOTO FREEPIK
efek psikologis pengabaian emosional anak pengabaian emosional pada anak sering kali tidak disadari karena tidak meninggalkan luka fisik yang terlihat. namun, dampaknya bisa sangat mendalam dan bertahan hingga dewasa. anak yang tumbuh tanpa perhatian emosional dari orang tua cenderung mengalami kesulitan dalam memahami diri sendiri, menjalin hubungan, dan mengelola emosi. seiring waktu, pengalaman emosional ini membentuk kepribadian mereka dengan cara yang unik. terkadang membuat mereka lebih mandiri, tapi juga lebih rentan terhadap kecemasan dan keraguan diri. melansir hack spirit, berikut adalah tujuh ciri kepribadian yang kerap muncul akibat pengabaian emosional pada masa kecil. 1. sulit mengenali emosi anak yang diabaikan secara emosional tidak terbiasa mengekspresikan atau memahami perasaan mereka sendiri. ketika dewasa, mereka mungkin kesulitan mengidentifikasi emosi yang dirasakan, baik itu kesedihan, marah, atau bahkan kebahagiaan. akibatnya, mereka sering merasa bingung atau hampa secara emosional. 2. takut bergantung pada orang lain karena tidak terbiasa mendapatkan dukungan emosional, mereka cenderung menghindari ketergantungan pada orang lain. mereka merasa harus menyelesaikan semua masalah sendiri karena takut kecewa jika mengandalkan orang lain. 3. perfeksionisme banyak dari mereka yang tumbuh menjadi perfeksionis sebagai bentuk kompensasi atas perasaan tidak cukup baik di masa kecil. mereka merasa harus selalu tampil sempurna agar diterima dan dihargai oleh orang lain. 4. sulit menerima pujian karena jarang mendapat pengakuan atau apresiasi saat kecil, mereka bisa merasa tidak nyaman atau bahkan meragukan ketulusan pujian dari orang lain. alih-alih merasa bangga, mereka justru merasa canggung atau menganggap pujian itu tidak tulus. 5. kesulitan membangun hubungan dekat pengabaian emosional membuat seseorang sulit percaya pada orang lain. mereka mungkin membangun tembok emosional untuk melindungi diri dari kemungkinan disakiti, yang justru membuat mereka kesulitan menjalin hubungan yang erat dan mendalam. 6. terlalu mengandalkan diri sendiri mereka terbiasa menghadapi segalanya sendirian sejak kecil. meskipun kemandirian adalah hal baik, terlalu mengandalkan diri sendiri dapat membuat mereka sulit meminta bantuan, bahkan ketika benar-benar membutuhkannya. 7. keraguan diri yang kronis karena tidak mendapatkan validasi emosional sejak kecil, mereka sering kali meragukan diri sendiri. mereka sulit percaya bahwa mereka cukup baik atau mampu menghadapi tantangan hidup, yang bisa berujung pada kecemasan dan rendah diri. menyadari efek pengabaian emosional bisa menjadi langkah awal untuk memahami diri sendiri dan mulai menyembuhkan luka batin yang masih tersisa. jika anda merasakan beberapa tanda di atas, mencari dukungan emosional dari orang terdekat atau profesional bisa membantu mengatasi dampaknya. jika ingin anak anda cerdas secara emosional saat dewasa, ada beberapa kebiasaan parenting yang perlu dihindari. mendidik anak dengan kecerdasan emosional bukan berarti anda harus menjadi orang tua yang sempurna. namun, tanpa disadari ada beberapa kebiasaan parenting yang justru bisa menghambat perkembangan kecerdasan emosional mereka. padahal yang penting adalah kita berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung mereka untuk tumbuh dengan baik secara mental maupun emosional. kecerdasan emosional bukan sekadar soal sopan santun atau prestasi akademik, tapi tentang bagaimana anak memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosinya dengan baik. jika anda ingin si kecil tumbuh dengan kemampuan emosional yang kuat, coba tinggalkan 8 kebiasaan berikut ini seperti dikutip dari hack spirit. 1. mengabaikan perasaan anak anak-anak punya emosi yang sama validnya dengan orang dewasa meski terkadang terlihat sederhana bagi kita. alhasil, saat mereka menangis atau kesal, sering kali kita merespons dengan, "ah, itu bukan masalah besar," atau "jangan cengeng." padahal, dengan mengabaikan perasaan mereka, kita mengajarkan bahwa emosi mereka tidak penting. sebaliknya, cobalah akui perasaan mereka dengan kalimat seperti, "ibu tahu kamu sedih," atau "itu pasti mengecewakan ya?" hal sederhana ini membantu mereka memahami bahwa emosi adalah bagian normal dalam hidup. 2. selalu menyelesaikan masalah untuk mereka sebagai orang tua, kita tentu ingin melindungi anak dari kesulitan. namun, jika kita selalu turun tangan menyelesaikan setiap masalah mereka. mulai dari konflik dengan teman hingga pr sekolah, anak justru tidak belajar bagaimana menghadapinya sendiri. daripada langsung memberi solusi, coba ajak mereka berpikir dengan pertanyaan seperti, "menurutmu, bagaimana cara terbaik menyelesaikan ini?" dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih mandiri dan percaya diri. 3. menghindari konflik di depan anak banyak orang tua berpikir bahwa bertengkar di depan anak adalah hal buruk. tapi kenyataannya, anak perlu melihat bagaimana konflik bisa diselesaikan dengan cara yang sehat. jika mereka tidak pernah melihat perbedaan pendapat yang diselesaikan dengan tenang, mereka bisa tumbuh dengan anggapan bahwa konflik itu menakutkan atau harus selalu dihindari. jadi, tunjukkan bagaimana cara berdebat dengan hormat, mendengarkan pendapat orang lain, dan mencari solusi bersama. 4. terlalu sering memuji pujian memang penting, tetapi jika diberikan berlebihan—misalnya, "kamu anak paling pintar!" atau "kamu yang terbaik!"—anak bisa menjadi terlalu bergantung pada validasi dari luar. alih-alih memberikan pujian yang berlebihan, fokuslah pada usaha mereka. contohnya, "ibu bangga kamu terus mencoba meski sulit," atau "bagus, kamu sudah berusaha sebaik mungkin." ini membantu mereka memahami bahwa nilai diri mereka tidak bergantung pada pujian orang lain. 5. tidak membiarkan anak mengalami kegagalan saat anak menghadapi kegagalan, naluri pertama kita mungkin ingin melindungi mereka. tapi jika kita selalu mencegah mereka gagal, mereka tidak akan pernah belajar bagaimana menghadapi tantangan. kegagalan adalah kesempatan belajar. jika anak mengalami kesulitan, biarkan mereka mencoba lagi dan refleksi atas apa yang bisa diperbaiki. katakan, "apa yang bisa kita pelajari dari ini?" dengan begitu, mereka akan tumbuh lebih tangguh dan tidak takut menghadapi kegagalan di masa depan. 6. berusaha selalu membuat mereka bahagia tentu kita ingin anak selalu bahagia, tapi melindungi mereka dari setiap ketidaknyamanan justru bisa merugikan. hidup penuh dengan berbagai emosi, dan anak perlu belajar bahwa merasa sedih, kecewa, atau marah adalah hal yang wajar. alih-alih buru-buru menghibur mereka, biarkan anak merasakan emosinya. misalnya, katakan, "ibu tahu ini berat buat kamu, dan itu tidak apa-apa." dengan begitu, mereka belajar bahwa semua emosi itu valid dan bisa dihadapi. 7. membandingkan dengan orang lain seringkali, kita secara tidak sadar membandingkan anak dengan saudara atau teman mereka, seperti "kenapa kamu nggak bisa seperti kakakmu?" atau "lihat temanmu, dia selalu juara." perbandingan seperti ini bisa membuat anak merasa tidak cukup baik dan kehilangan kepercayaan diri. sebaiknya, bandingkan mereka dengan versi diri mereka sebelumnya, seperti "wah, kamu sudah jauh lebih baik dibanding minggu lalu!" ini membantu mereka fokus pada perkembangan diri sendiri, bukan kompetisi dengan orang lain. 8. tidak memberi contoh yang baik anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. jika kita ingin mereka tumbuh dengan kecerdasan emosional yang baik, kita harus menjadi contoh yang baik pula. bagaimana kita mengelola stres, menghadapi konflik, atau meminta maaf akan membentuk cara mereka berperilaku. karena itu, tunjukkan bagaimana cara mengelola emosi dengan sehat, dan mereka pun akan meniru hal yang sama. (jpc)
1
2
3
4
»
Last
Tag
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Koran Radar Lampung Edisi Minggu 9 Februari 2025
Berita Terkini
Polres Way Kanan Tetap Jalankan Restorative Justice untuk Kasus Pencurian Sepeda Motor oleh Anak di Bawah Umur
Lampung Raya
3 jam
Proses Pengusulan NI PPPK Tahap I Kabupaten Mesuji Masuki Tahap Pengusulan ke BKN
Lampung Raya
3 jam
Polisi Ingatkan Pengendara Patuhi Rambu Lalu Lintas untuk Antisipasi Kecelakaan
Lampung Raya
3 jam
Jenis Penyakit Autoimun yang Paling Umum dan Sering Menyerang
Kesehatan
3 jam
Asimilasi, Hidup Bersama Dalam Berbagai Macam Interaksi
Berita Utama
3 jam
Berita Terpopuler
Pemprov Lampung Rolling Pejabat Eselon II Siang Ini, Siapa Saja?
Berita Utama
20 jam
Dampak Efesiensi Anggaran, Penjaga Pintu Air BBWS Mesuji-Sekampung Dipecat
Metropolis
11 jam
Gugatan Pilkada Pesawaran, MK Minta Keterangan Saksi
Berita Utama
8 jam
Efek Psikologis Pengabaian Emosional Anak
Lifestyle
8 jam
Persiapan Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Mesuji Terpilih di Jakarta pada 20 Februari 2025
Politika
8 jam
Berita Pilihan
Prediksi Fiorentina vs Inter Milan, Jumat 7 Februari 2025: Misi Berat La Viola Hadapi Nerazzurri
Olahraga
2 hari
Hasil Drawing Piala Asia U-17: Timnas Indonesia Satu Grup dengan Korsel
Olahraga
2 minggu
OJK Batasi Usia dan Gaji Minimal Peminjam Paylater
Ekonomi Bisnis
2 minggu
Klub Bundesliga Jerman Borussia Monchengladbach Rekrut Bek Timnas Indonesia
Olahraga
2 minggu
Prediksi Atletico Madrid vs Bayer Leverkusen, Rabu 22 Januari 2025: Ambisi Bangkit di Wanda Metropolitano
Olahraga
2 minggu