Walhi Dorong Pemerintah Beri Sanksi PT Semen Baturaja
Radar Lampung Baca Koran--
Belum lagi penyakit yang ditimbulkan karena debu semen yang tertiup angin tersebut mengenai sumber air dan lainnya. ’’Mama (orang tua, Red) yang sering batuk-batuk. Ya mungkin itu udaranya tidak bagus lagi kecampur debu," ungkapnya.
Di sisi lain, PT Semen Baturaja juga disebut-sebut tidak menyalurkan CSR atau dana sosial perusahaan kepada masyarakat yang ada di sekitarnya. ’’Ini pengalaman saya sebagai warga sini, belum pernah dapat bantuan dari Semen Baturaja. Tetapi kalau dari lurah yang rutin itu iya dapat. Mungkin kita tidak termasuk data dari mereka, walaupun rumah kita pas di belakang pabrik," katanya.
Terkait banjir, dia juga tidak menampik bahwa PT Semen Baturaja menjadi salah satu penyebab banjir di sekitar wilayah tersebut. ’’Di sinikan minim pembuangan air, karena lokasi ini banyak dimakan perusahaan besar. Termasuk Semen Baturaja, biar yang zalim tambah zalim," tandasnya.
Dampak terburuk jangka panjang rutin menghirup debu semen adalah terkena kanker paru. Hal tersebut diungkapkan dokter spesialis penyakit paru, dr. Tetra Arya Saputra, Sp.P.
Perwakilan IDI Lampung ini menjelaskan banyak kandungan yang ada dalam debu semen. Seperti kalsium oksida, silikon dioksida, aluminium oksida, magnesium oksida, hingga pasir.
Diungkapkan dr. Tetra, jika kandungan-kandungan itu terhirup oleh saluran pernapasan, akan melepaskan mukosa-mukosa atau lapisan-lapisan dalam tubuh dari saluran napas atas sampai saluran napas bawah.
’’Ketika partikelnya berukuran sangat kecil, malah masuk alveolus atau kantong-kantong udara kita. Nah nanti pasti ada reaksi imunitas kita atau pertahanan tubuh kita untuk mengeluarkan debu semen ini," ujar dr. Tetra saat dihubungi Radar Lampung Media Group (RLMG), Kamis (23/1).
Meski ada sistem imun yang mengeluarkan partikel-partikel tersebut, dr. Tetra menyampaikan tidak semua bisa bersih.
Partikel-partikel dari debu semen yang terhirup dan tidak keluar akan terdeposit di saluran pernapasan yang akan menyebabkan kerusakan sel epitel saluran pernapasan. Kemudian terjadi peradangan kronis atau inflamasi kronis pada saluran napas. Maka akan muncul gejala-gejala respirasi seperti batuk-batuk kronis, baik berdahak maupun tidak berdahak, hingga keluhan infeksi di parunya.
’’Bisa juga ada keluhan sesak napas ataupun rasa berat di dada. Kalau semen itu juga bisa mengiritasi di kulit. Untuk jangka pendek mungkin muncul gejala-gejala tersebut," ucapnya.
Sedangkan untuk dampak jangka panjang menghirup debu semen, dr. Tetra menyampaikan dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
’’Pasiennya muncul asma karena di debu semen sebagai pencetus untuk kambuh asmanya. Bisa juga ada infeksi di parunya maupun karena kerusakan saluran napasnya bisa lebih rentan terkena TBC, atau yang terakhir yang paling berat, yaitu kangker paru karena terdeposit (debu semen, red) disaluran napasnya banyak," tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, dr. Tetra Arya Saputra memberi masukan kepada masyarakat yang tinggal di daerah industri semen untuk selalu memastikan udaranya bagus.
Dengan cara memperbaiki ventilasi rumah jadi bagus, sinar matahari harus masuk, memakai masker, dan rutin membersihkan area rumah. (mel/c1/yud)