Selama 2024 Tercatat 404 Kasus DBD di Tanggamus
Ilustrasi DBD--FOTO DOK. JAWAPOS.COM
TANGGAMUS - Kasus serangan demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tanggamus tergolong tinggi. Sejak Januari–Desember 2024 tercatat ada 404 kasus.
Kasus DBD ini menyebar di berbagai kecamatan. Dari jumlah itu, terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Kotaagung dengan 70 kasus DBD. Selanjutnya di wilayah kerja Puskesmas Gisting 62 kasus dan di wilayah kerja Puskesmas Negarabatin, Kecamatan Kotaagung Barat, 44 kasus.
Menurut Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Johan mewakili Kabid P2P Dinas Kesehatan Tanggamus Bambang Sutejo, selain di tiga kecamatan itu kasus DBD juga terjadi di kecamatan lainnya.
’’Seperti di wilayah kerja Puskesmas Wonosobo ada 25 kasus, wilayah kerja Puskesmas Sumberejo 21 kasus, dan wilayah kerja Puskesmas Margoyoso 24 kasus. Selanjutnya wilayah kerja Puskesmas Talangpadang 20 kasus, wilayah kerja Puskesmas Sukaraja 20 kasus, dan wilayah kerja Puskesmas Siringbetik 7 kasus. Lalu wilayah kerja Puskesmas Sanggi 15 kasus, wilayah kerja Puskesmas Sudimoro 13 kasus, wilayah kerja Puskesmas Waynipah 4 kasus, wilayah kerja Puskesmas Pasar Simpang, Kecamatan Kotaagung Timur, 16 kasus, wilayah kerja Puskesmas Pulaupanggung 17 kasus, wilayah kerja Puskesmas Airnaningan 14 kasus, wilayah kerja Puskesmas Ngarip 3 kasus, dan wilayah kerja Puskesmas Kedaloman 3 kasus,’’ papar Johan.
Kemudian, lanjut Johan, di wilayah kerja Puskesmas Rantautijang 7 kasus, wilayah kerja Puskesmas Sumanda 4 kasus, wilayah kerja Puskesmas Buloksukamara 1 kasus, wilayah kerja Puskesmas Putihdoh 5 kasus, dan wilayah kerja Puskesmas Antarberak 9 kasus.
’’Sedangkan dua wilayah kerja puskesmas dinyatakan nihil atau tidak ada kasus DBD. Yaitu di wilayah kerja Puskesmas Kelumbayan dan wilayah kerja Puskesmas Kelumbayan Barat. Jadi total kasus DBD selama Januari-Desember 2024 ini total 404 kasus DBD,’’ ungkap Johan sambil mengatakan tidak ada kasus kematian.
Penyebab penularan kasus DBD, kata Johan, dikarekan meningkatnya populasi nyamuk aedes aegypti di lingkungan masyarakat diakibatkan oleh masih banyaknya tempat perindukan nyamuk aedes aegypti yang potensial seiring datangnya musim penghujan.
Terkait hal ini, kata Johan, Dinas Kesehatan Tanggamus melakukan upaya dalam rangka mencegah peningkatan kasus penyakit pada saat datangnya musim penghujan, terutama penyakit DBD.
’’Yakni dengan menginstruksikan kepada puskesmas melalui kepala puskesmas dan pengelola program pada saat rapat koordinasi serta membuat surat edaran. Surat edaran untuk meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus (menguras, menutup dan mendaur ulang barang barang bekas yang dapat menampung air pada saat hujan yang potensi menjadi tempat perindukan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penular demam berdarah),’’ kata Johan.
Selanjutnya, kata Johan, puskesmas dapat berkoordinasi dengan camat dan aparat pekon dalam kegiatan PSN agar kegiatan tersebut dapat berjalan secara rutin dan berkesinambungan atau terus-menerus.
’’Juga meningkatkan peran serta masyarakat dengan kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Dinas Kesehatan juga menyiapkan logistik penanggulangan DBD berupa larvasida dan insektisida. Ini digunakan untuk kegiatan abatisasi dan penyemprotan atau fogging di wilayah puskesmas,’’ ungkap Johan. (*)