UNIOIL
Bawaslu Header

Dua Mimpi Ahmad Lison, Penjual Tissu Keliling Asal Lahat

Ahmad Lison (kiri) penjual tisu keliling. -Foto Tegar Mujahid/Radar Lampung -

MESKI kedua matanya tidak lagi dapat melihat, Ahmad Lison (54), tetap tegar menyusuri jalanan yang padat lalu lintas.

Sebuah tongkat buatan dari sisa tangkai sapu, meneminya sebagai pengganti kedua mata yang gelap.

Sekitar 22 tahun yang lalu, Ahmad - sapaan akrabnya, tiba di Lampung setelah menempuh perjalanan dengan kereta api dari kampung halamannya. Tepatnya dari kecamatan Kota Agung, kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. 

Tujuan awalnya, yakni untuk mengobati kedua mata Ahmad. Kepada Radar Lampung, beliau bercerita, sebelum mengalami kebutaan ia bekerja sebagai pengawas proyek.

Beberapa proyek pembangunan yang sempat diawasi seperti pembangunam Robinso di Jakarta hingga Ramayanan di Padang, Sumatera Barat. 

”Kalau kerja di proyek prmbangunan begitu kan kita sering pakai semen sak-sakan, nah debu-debu semen itu yang masuk ke mata,” tutur Ahmad. 

Menurut dia, hal itu lah yang menyebabkan kebutaan pada kedua matanya. Kebutaan tersebut juga tidak datang begitu saja, awalnya pengelihatan Ahmad memudar. Namun karena terus diabaikan, pengelihatan Ahmad pun kian menurun.

Saat sadar dirinya mengalami kebutaan, Ahmad sempat berusaha menjalani pengobatan di Jakarta. Namun karena keterbatasan biaya, ia akhirnya memilih pulang ke kampung halaman. 

Tidak hanya kehilangan pengelihatan, Ahmad juga kehilangan pekerjaan dan menganggur hingga beberapa tahun lamanya. Sampai akhirnya seorang kenalan Ahmad merekomendasikan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Lampung kepada Ahmad. 

”Mulainya (kebutaan, red) itu tahun 1999, waktu itu saya di Padang. Ikut proyek (pembangunan) Ramayana,” tambah dia. 

Berbekal harapan untuk sembuh dan bisa melihat lagi, Ahmad nekat memutuskan pergi ke Lampung seorang diri.

Ia bahkan tidak memberi tahu keluarga pasal kepergiannya. Sayangnya, harapan tersebut harus ditelan dalam-dalam. Sebab kedua mata Ahmad nyatanya memang tidak lagi bisa melihat. 

Sempat putus asa, Ahmad yang kehabisan biaya kemudoan memutuskan untuk menumpang tinggal di Masjid RSUDAM. Guna memenuhi kebutuhan makan dan minum, Ahmad sendiri rela mengerjakan berbagai hal.

”Saya pernah nyemir sepatu di Abdul Moeloek, bahkan ngemis juga pernah, karena saya ngga punya modal,” ujarnya. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan