Stok Beras 1,9 Juta Ton Aman Jelang Nataru

ilustrasi beras dok Disway--

JAKARTA - Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025, stok beras dan pangan di Indonesia dipastikan aman.

Terkait dengan beras yang menjadi komoditas pangan strategis yang mayoritas dikonsumsi masyarakat, dipastikan stok yang dimiliki oleh pemerintah yang berada di Bulog dalam kondisi yang cukup dan aman untuk menyambut Nataru.

Saat ini jumlah stok beras pemerintah mencapai 1,9 juta ton, pemerintah optimis intervensi berupa bantuan pangan beras dan gelontoran beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bisa menjaga stabilitas menjelang momentum Nataru.

"Bantuan pangan beras seperti rencana kita sebelumnya yakni digelontorkan di bulan Agustus, Oktober, dan Desember 2024. Bulan November ini tidak ada penyaluran bantuan pangan beras. Bantuan pangan beras akan dimulai lagi bulan Desember untuk 22 juta penerima bantuan," kata Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi.

Bapanas atau National Food Agency kini sedang mendorong Gerakan Pangan Murah (GPM) baik di pusat maupun di seluruh daerah.

Program GPM yang digelar berkolaborasi dengan BUMN Pangan dan pemerintah daerah melalui dinas yang menangani urusan pangan provinsi dan kabupaten/kota.

"Menjelang Nataru ini, kita terus gencarkan GPM di berbagai daerah, khusus untuk bulan Desember ini Badan Pangan Nasional bersama Pemerintah daerah dan BUMN pangan serta stakeholder lainnya menargetkan GPM sebanyak 134 kali di 25 kabupaten dan kota di 6 Provinsi," ujar Arief dalam Rapat Koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang digelar secara daring pada Sabtu 23 November 2024.

Ia juga menambahkan bahwa pelaksanaan GPM dilakukan secara masif di titik-titik strategis, terutama pada wilayah yang menunjukkan potensi kenaikan harga beras karena permintaan meningkat yaitu di daerah yang mayoritas penduduknya menyelenggarakan Nataru antara lain di Papua, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.

Sementara itu, sejak Januari hingga November 2024 GPM telah dilaksanakan sebanyak 8.750 kali di 514 kabupaten/kota dan 38 Provinsi. 

"Berdasarkan pemantauan harga yang kita lakukan, secara umum pergerakan harga pangan stabil, namun beberapa daerah ada yang mengalami kenaikan harga di atas harga acuan, sehingga intervensi stabilisasi pangan terus digencarkan, khususnya terkait dengan meningkatnya permintaan di beberapa daerah karena menjelang Natal dan tahun baru," jelas Arief.

Untuk melihat pergerakan harga secara harian, Badan Pangan Nasional memiliki pemantauan harga melalui panelharga.badanpangan.go.id yang menghimpun data secara real-time perkembangan harga dari seluruh daerah, sebagai basis dalam melihat daerah-daerah yang perlu dilakukan intervensi stabilisasi secara lebih kuat lagi.(disway/nca)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan