Capai Rp 1.422 Triliun, Ekonomi Digital RI Terbesar di Asia Tenggara
Ilustrasi Freepik--
JAKARTA - Google Indonesia bersama Temasek dan Bain & Company menungkapkan ekonomi digital Indonesia mencapai gross merchandise value (GMV) sebesar US$ 90 miliar atau Rp 1.422 triliun pada tahun 2024. Angka ini disebut naik sebesar 13 persen bila dibandingkan dengan 2023.
Country Director Google Indonesia Veronica Utami menjelaskan, pada laporan tahun kesembilan ini menggunakan metodologi penelitian yang kuat dan multifaceted.
Dalam laporan ini mencakup enam sektor utama dalam bidang ekonomi digital Indonesia.
“Pertama adalah e-commerce, yang kedua adalah pengantaran atau pengiriman makanan, ketiga adalah transportasi, Keempat online travel, kelima online media, dan keenam layanan keuangan digital. Dari enam sektor ini, e-commerce tetap menjadi penggerak utama perekonomian digital Indonesia,” papar Veronica pada paparannya di kantor Google Indonesia di Jakarta.
Hal ini kata Veronica yang menjadikan perekonomian digital Indonesia menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Bahkan di negara lainnya juga ikut mengalami pertumbuhan double digit pada perekonomian digitalnya.
“Semuanya tumbuh di atas 10 persen dibandingkan dengan tahun yang lalu. Bahkan ada beberapa negara yang tumbuh di atas 20 persen. Untuk Indonesia, kita terus melihat pertumbuhan yang kuat, yakni 13 persen dari tahun ke tahun dibandingkan tahun lalu, Indonesia tetap menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara,” paparnya.
Diperkirakan tahun ini ekonomi digital Indonesia akan berakhir di sekitar US$ 90 miliar.
“Jadi masih kuat dan masih bertumbuh 13 persen meskipun ukurannya sudah sangat besar,” terangnya lagi.
Veronica menambahkan, penyebab kenaikan ekonomi digital Indonesia sebanyak tiga kali lipat ini merupakan hasil kerja sama gotong royong dari berbagai macam pihak di ekosistem untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang ada.
“Pertama adalah soal akses internet yang semakin menjangkau. Kedua adalah masalah keterampilan, kemampuan sumber daya manusia Indonesia untuk bisa berkompetisi menggunakan internet dengan baik. Ketiga adalah kepercayaan atau digital trust, isu pendanaan dan juga monetisasi,” jelasnya.
Ia mengaku optimistis pertumbuhan yang terjadi saat ini akan terus berlangsung untuk ke depannya.
“Kita akan melihat pertumbuhan di masa mendatang yang terus semakin besar. Kenapa? Ada dua alasan,” imbuhnya.
Alasan pertama karena adanya fondasi ekonomi yang semakin kuat.
Kedua adalah pemenuhan potensi penuh AI untuk bisa memungkinkan pertumbuhan yang lebih inklusif lagi di masa depan. Hal itu mendorong ekonomi digital Indonesia tumbuh.(*)