Tim Dosen FK Unila PKM Internasional di Malaysia

PKM UNILA JOINT INTERNATIONAL COMMUNITY SERVICE: Tim dosen PKM FK Unila di Kampung Gana, Kota Marudu, Sabah, Malaysia.-FOTO DOK. -

BANDARLAMPUNG - Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) baru melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat (PKM) internasional di Kampung Gana, Kota Marudu, Sabah, Malaysia. Kegiatan pada 4 Oktober 2024 tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Biotechnology Research Institute Universiti Malaysia Sabah (BRI-UMS) dalam rangka Joint International Community Service Program for Public Health and Welfare.

Dalam PKM ini, perwakilan dosen dari Program Studi S-1 Pendidikan Dokter, Program Studi S-1 Farmasi, dan Program S-2 Magister Kesehatan Masyarakat Unila turut berkontribusi aktif. Dua tim pengabdi dari Unila melakukan edukasi tentang pembuatan teh bunga telang (clitoria ternatea) dan sosialisasi mengenai wabah monkey pox. 

Tim pertama dipimpin Dekan FK Unila Dr. dr. Evi Kurniawaty, M.Sc. bersama anggota Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc. dan dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, M.Farm. Sementara tim kedua dipimpin Bayu Anggileo Pramesona, Ph.D. bersama apt. Zulpakor Oktoba, M.Farm.

BACA JUGA:Jawaban Sanggahan Proyek Beronjong Dinilai Tak Sesuai

Dekan FK Dr. dr. Evi Kurniawaty mengapresiasi dukungan BRI-UMS dalam kegiatan ini dan berharap program serupa dapat dilaksanakan kembali di tahun mendatang dengan topik yang menarik lainnya.

Dijelaskan Dr.dr Evi, kegiatan program pengabdian kepada masyarakat internasional ini selain dosen tim pengabdian juga melibatkan mahasiswa dari Prodi Agroforestry Fakulti Kehutanan dan mahasiswa pascasarjana UMS, serta dua mahasiswa FK Unila, Rais Amaral Haq dan Putik Titian Citra Hening.

Mereka mengungkapkan antusiasme dalam mengikuti PkM internasional ini, yang menjadi pengalaman baru dan bagian dari capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Fakultas dalam ranah mobilitas mahasiswa dan PkM internasional.

Kegiatan PkM juga melibatkan siswa setempat dalam aktivitas menyenangkan, yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan konsep ilmiah dan memahami lebih dalam tentang pewarna alami, serta konsep asam-basa, herbarium koleksi tumbuhan, dan hewan.

"Joint International Community Service ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan, memecahkan masalah lokal, dan menginspirasi generasi mendatang, dengan fokus pada pembelajaran langsung masyarakat mengenai potensi tanaman obat yang bermanfaat untuk pengobatan," pungkasnya. (rls/gie/c1/rim)

 

Tag
Share