RAHMAT MIRZANI

Kedelai Mahal, Tahu-Tempe Menciut

BERTERIAK: Kenaikan harga kedelai membuat sebagian pelaku usaha tahu berteriak. Dan membuat ukuran produk semakin kecil.-FOTO JPNN-

BANDA ACEH - Kenaikan harga kedelai membuat sebagian pelaku usaha tahu berteriak.

Salah satu pembuat tahu di Kota Banda Aceh pun terpaksa memperkecil ukuran tahunya. Langkah itu mereka lakukan untuk menyiasati agar omzet penjualannya tidak turun drastis akibat naiknya harga kedelai saat ini.

’’Kami harus perkecil ukurannya," kata Pemilik Pabrik Tahu Solo di Banda Aceh, Sugeng, Sabtu (25/11).

Dia mengatakan sampai dengan hari ini harga kedelai masih tinggi dan terus naik per Agustus 2023, yaitu Rp 650 ribu per karung (50 kilogram) dari sebelumnya Rp 550 ribu per karung.

Oleh karena itu, agar tidak menaikkan harga tahunya, dia lebih memilih memperkecil ukuran produknya.

Dia menjelaskan, sebelumnya satu karung kedelai 50 kg dibagi menjadi enam masakan (timba). Setiap masakan berisi 8 kg kedelai.

Namun, saat ini jumlahnya dikurangi menjadi tujuh masakan, sehingga hanya berisi sekitar 7 kg kedelai per masakan.

"Dari yang satu sak bisa untuk enam masakan, sekarang menjadi tujuh masakan. Karena masing-masing masakan sudah berkurang satu kg kedelai, jadinya tidak setebal tahu yang sebelumnya," ujarnya.

Menurut dia, kedelai untuk usahanya didapatkan dari Medan, kemudian produksi tahu dipasarkan ke pasar tradisional di Banda Aceh dan Aceh Besar.

"Tahu kami pasarkan ke pasar tradisional seperti Pasar Keutapang, Pasar Lambaro, Pasar Montasik, serta lainnya," kata Sugeng.

Sementara itu, perajin tahu lainnya, Iqbal menyampaikan mereka tidak hanya memperkecil ukuran, tetapi juga menaikkan harga sebesar Rp 5 ribu per papan agar tidak merugi.

"Kami naikkan Rp45 ribu dari sebelumnya Rp40 ribu per papan," kata Iqbal.

Namun, akibat menaikkan harga, produksi tahu mereka menurun karena sepi pembeli. Biasanya sebanyak 90 ember per hari, sekarang turun sekitar 80 hingga 70 ember per hari.

"Akhirnya omzet juga turun dari biasanya bisa dapat Rp 12 juta per hari, saat ini hanya Rp 9 sampai Rp 10 juta per hari," kata Iqbal. (jpnn/ant/c1/abd)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan