Ekonomi Stagnan, Penjualan Otomotif Lesu
MENURUN: Gaikindo mencatat angka penjualan turun menjadi 72.667. Pengamat otomotif menyebut penurunan ini terjadi karena kondisi perekonomian yang stagnan. -FOTO ILUSTRASI DOK BERITASATU-
JAKARTA - Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat angka penjualan mobil di pasar dalam negeri pada September 2024 mengalami penurunan.
Secara lebih spesifik, penjualan secara wholesales atau pabrik ke dealer kendaraan roda empat atau lebih mencatatkan koreksi 4,8 persen.
Pada Agustus 2024 terdapat penjualan sebesar 76.304 unit. Tetapi, pada September angkanya turun menjadi ke 72.667.
Pengamat Otomotif Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu menjelaskan, penurunan angka penjualan mobil tersebut mencerminkan stagnasi ekonomi yang dialami oleh dunia usaha.
Situasi ini memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat Indonesia, terutama pada kelas ekonomi menengah.
"Tepatnya 10 tahun terakhir kita turun terus. Kita sedang di fase stagnasi ekonomi. Jadi pertumbuhan dunia usaha ini stagnan. Ini ditambah dengan tekanan ekonomi global dan inflasi yang naik akhirnya menunjukkan ada korelasi negatif dengan penjualan mobil," ucap Yannes kepada B-Universe pada program Investor Market Today, Rabu 16 Oktober 2024.
Secara spesifik kata Yannes penurunan terjadi pada dunia otomotif Tanah Air karena kelompok menengah yang tertekan.
"Paling mengkhawatirkan karena ada tekanan yang paling besar dalam segmentasi utama konsumen kendaraan bermotor di Indonesia, yaitu kelompok menengah. Kelompok menengah sekarang semakin tertekan," tambah Yannes.
Saat ditanya terkait target penjualan mobil Indonesia sebesar 1,1 juta unit, Yannes menyebut target tersebut akan sulit untuk tercapai bila daya beli masyarakat belum pulih.
Diketahui, hingga September 2024, kurang lebih sebanyak 800.000 unit kendaraan sudah terjual. Masih ada tiga bulan lagi untuk menuju target 1,1 juta unit penjualan pada 2024.
"Artinya kita mengejar target sekitar 400.000 unit. Berarti di atas 110.000 unit per bulan dan rasanya sangat menantang," ucap dia.
Ia melanjutkan, deflasi juga bisa memengaruhi angka penjualan mobil.
"Kita bisa lihat dari semakin melemahnya permintaan, terutama untuk barang-barang konsumsi tersier berharga mahal, seperti mobil dan sepeda motor. Kita juga bisa lihat bahwa deflasi ini membuat masyarakat akhirnya harus menahan konsumsinya," jelas Yannes.
Sebagai informasi, sepanjang Januari-September 2024, penjualan wholesales mobil Indonesia turun 16.2% menjadi 633.218 unit.
Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya tahun lalu sebesar 755.778 unit.(beritasatu/nca)