SOP Penting dalam Pengelolaan Limbah B3
Editor: Syaiful Mahrum
|
Selasa , 10 Sep 2024 - 17:41
SAMPAIKAN MATERI: Dr. Mohammad Khotib, S.Si., M.Si. dari Unit Laboratorium Terpadu IPB saat menyampaikan materi dalam Lokakarya Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Hotel Radisson, Bandarlampung.--FOTO MELIDA ROHLITA
BANDARLAMPUNG - Universitas Lampung (Unila) siap menjadi kampus Tempat Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (TPL B3) pertama di Sumatera. Karena itu, perlu langkah-langkah penyusunan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan limbah B3.
Dr. Mohammad Khotib, S.Si., M.Si. dari Unit Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan
bagaimana langkah-langkah penting dalam penyusunan SOP pengelolaan limbah B3 di Unila. Hal ini agar sistem pengelolaan limbah B3 bisa terimplementasi dengan baik.
Menurut Khotib, sistem pengelolaan yang ada di Unila saat ini bisa dikatakan belum menyatu. "Saat ini sistem pengelolaan limbah B3 di Unila belum komplet. Walaupun implementasinya sudah ada, baru per unit atau sporadis," ujarnya.
Dengan adanya Lokakarya Sistem Pengelolaan Limbah B3 ini, kata Khotib, dapat terbentuk sebuah sistem yang kuat lengkap dengan payung hukum yang menaunginya.
''Harapannya di level lembaga benar-benar ada. Ini penting bila Unila ingin memberikan masukan. Kampus bisa menjadi role model untuk jangka panjang," ungkap Khotib.
Khotib juga mengingatkan pentingnya memastikan SOP yang dibuat dapat menjadi bagian dari sistem yang seragam dan terintegrasi.
''Kita perlu memastikan SOP yang diterapkan seragam untuk membentuk satu kesatuan sistem dan mekanisme yang efektif,” kata Khotib.
Salah satu fokus utama dalam lokakarya ini, kata Khotib, adalah pengelolaan limbah cair yang berkonsentrasi tinggi. ''Limbah cair dengan konsentrasi tinggi harus dikategorikan sebagai B3. Termasuk sabun dan minyak bekas pakai," ungkapnya.
Sementara Ketua Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Unila Dr. Ir. Ofik Taufik Purwadi mengatakan, Unila sangat siap menjadi pusat pengelolaan limbah B3.
''Kita sangat siap. Hanya petugasnya yang kurang kalau untuk menangani seluruh Unila. Sekarang hanya ada lima yang ter-SK-an. Untuk di dalam, kita kurang dua lagi untuk efektifnya," kata Ofik.
Ke depan, kata Ofik, pihaknya bakal menerima pengelolaan limbah B3 dari ratusan laboratorium yang hanya separonya menghasilkan limbah B3. "Seluruhnya ada 128, tetapi yang ada B3-nya itu sekitar 53 lab.," ungkapnya.
Dari ratusan lab. yang ada, kata Ofik, ada beberapa laboratorium yang paling banyak menghasilkan limbah B3. "Sementara ini penyimpanan limbah di lab. sudah disediakan, baru diangkut ke TPSP. Paling banyak di Fakultas Pertanian, MIPA, dan Fakultas Kedokteran. B3 ini hasil praktikum," ucapnya.
Terkait verter, kata Ofik, pihaknya akan melakukan pengurusan izin ke DLH. "Verter-nya sudah lama. Kita akan urus izin untuk sistem pengelolaan limbah B3" katanya. (*)