Pasar Pasir Gintung Sepi, Pedagang Keluhkan Lokasi Baru Tidak Efektif.

SEPI: Pedagang Pasar Pasir Gintung Keluhkan sepi pembeli. -Foto Saskia RLMG -

BANDARLAMPUNG - Beginilah kondisi Pasar Pasir Gintung setelah para pedagang dialokasikan ke tempat baru terpantau sepi. Banyak ruko kosong yang tidak terisi oleh sebagian pedagang.

Kondisi pasar yang sepi, telah dirasakan oleh para pedagang sejak terealisasikannya bangunan baru. 

Pdagang cabai, Sumarni turut mengeluhkan kondisi pasar yang sepi, ia mengatakan alokasi ini menyebabkan penurunan jumlah pembeli.

Menurutnya, penyebab utamanya adalah banyak pedagang yang masih memilih berjualan di lokasi lama, meskipun telah diinstruksikan untuk pindah ke tempat baru.

Tambahnya, pasar yang baru ini bertingkat hingga dua lantai. Bukan hanya sepi, tetapi juga sulit bagi para pedagang untuk mengangkut barang dagangan ke atas.

Berjalan kaki saja sudah melelahkan, apalagi jika harus membawa barang dagangan yang berat seperti karung besar, butuh tenaga ekstra.

Meski pemerintah telah menurunkan petugas Satpol PP untuk menertibkan pedagang, namun sebagian besar dari mereka tetap kembali berjualan di lokasi lama setelah petugas pergi. 

Sumarni sendiri berjualan dari pukul 03.00 WIB hingga 14.00 WIB, menurutnya saat pagi buta hingga subuh pasar masih ramai.

Namun, mulai pukul 08.00 WIB pagi, para pedagang biasanya bubar dan kembali ke lokasi lama.

Sementara itu terkait fasilitas di pasar yang baru ia mengatakan cukup nyaman, namun lantai atas kosong karena para pedagang kurang kompak untuk pindah ke lokasi yang baru.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh pedagang ayam Ahmad, ia menyebutkan bahwa sebagian pembeli tidak mau repot naik ke lantai atas untuk berbelanja.

Menurut estimasi para pedagang, jika semua pedagang dipindahkan ke lokasi baru, kios yang tersedia tidak akan cukup. R juga menambahkan, sebaiknya pemerintah tidak membangun pasar bertingkat, karena justru tidak menarik minat pedagang maupun pembeli.

Turut dirasakan juga oleh pedagang ikan, yang enggan disebutkan namanya, sepinya pembeli dirasakan sejak awal tahun, mengakibatkan penurunan omset hingga 80 persen. 

Para pedagang berharap Pemkot Bandar Lampung bisa memberikan solusi yang lebih baik agar seluruh pedagang bisa berjualan di satu lokasi tanpa kesulitan akses dan penurunan jumlah pembeli.(*)

Tag
Share