RAHMAT MIRZANI

Dampak El Nino, Ini Tiga Derah di Lampung Berisiko Tinggi Kekeringan!

Humas BPBD Provinsi Lampung Wahyu Hidayat.--FOTO DEDI/RNN

BANDARLAMPUNG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung menyebut tiga daerah paling berisiko tinggi kekeringan dampak dari el nino. Hal ini diungkapkan Humas BPBD Provinsi Lampung Wahyu Hidayat.

 Wahyu mengatakan bahwa saat ini kekeringan di Lampung masih dalam fase baru di mulai. "Karena secara umum kekeringan itu bencana hidrometorologi. Jadi semua daerah berpotensi terancam walaupun ada beberapa lebih tinggi dan ada yang rendah berisiko kekeringan," katanya. 

Wahyu menyatakan, Lampung Timur, Mesuji, dan Tulangbawang merupakan daerah paling berisiko tinggi kekeringan. "Untuk Mesuji, Lamtim, dan Tuba, daerah berisiko tinggi terdampak kekeringan," ungkapnya.

Kemudian untuk kabupaten/kota lain, kata Wahyu, berisiko sedang dan rendah. "Tanggamus dan Lampung Barat berisiko rendah kekeringan," ujarnya.

Terkait hal ini, kata Wahyu, pihaknya telah menggelar rapat Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) se-Provinsi Lampung antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan.

"Kami baru saja menggelar rapat Pusdalops mengumpulkan pihak dari kabupaten/kota meningkatkan kecepatan untuk berkomunikasi. Jadi ada link khusus yang kita gunakan sebagai platform untuk laporan kejadian bencana," ungkapnya.

Wahyu juga menjelaskan bahwa el nino memicu kekeringan yang bersifat slow onset. ’’Dampaknya terjadi secara perlahan, namun semakin menguat seiring waktu,’’ ujarnya.

Karena itu, kata Wahyu, pihaknya menyiapkan strategi penanganan jangka panjang untuk menghadapi ancaman ini.

"Ini bukan pekerjaan yang bisa diselesaikan dengan cepat. Penanganan kekeringan dan karhutla memerlukan stamina serta ketahanan yang kuat. Kita harus siap untuk menghadapi tantangan ini dengan kerja keras dan sinergi yang berkelanjutan," jelas Wahyu.

Dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi kondisi ini, kata Wahyu, BPBD Provinsi Lampung juga mengumpulkan seluruh BPBD kabupaten/kota se-Provinsi Lampung untuk membahas persiapan pengukuran Indeks Ketahanan Daerah (IKD). "IKD ini akan menjadi tolok ukur kesiapan setiap daerah dalam menghadapi berbagai bencana, termasuk yang dipicu oleh cuaca ekstrem akibat el nino," jelasnya.

Pihaknya, kata Wahyu, juga telah memiliki kajian risiko bencana dan data-data tersebut menjadi acuan dalam menentukan langkah antisipasi yang tepat untuk daerah-daerah yang lebih rentan terhadap kekeringan harus lebih waspada serta aktif dalam menyiapkan mitigasi yang diperlukan.

Wahyu juga menekankan bahwa penanganan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan. 

Pendekatan multistakeholder, kata Wahyu, sangat penting dalam hal penyediaan bantuan untuk sektor pertanian yang terdampak kekeringan. 

’’Kemudian mengarahkan agar masyarakat memeriksa ketersediaan asuransi pertanian melalui Dinas Pertanian bagi lahan yang berpotensi mengalami gagal panen akibat bencana. Ini baru permulaan dari sebuah lari maraton yang panjang. Kami memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada Januari-Februari 2025. Karena itu, kita harus siap menghadapi kondisi yang mungkin akan semakin sulit dalam beberapa bulan ke depan," ungkapnya. (ded/ful)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan