RAHMAT MIRZANI

Industri Turut Terdampak Daya Beli Masyarakat yang Menurun

MENURUN: Ilustrasi industri manufaktur, Kemeperin menyebut daya beli masyarakat yang menurun turut mempengaruhi industri.-Foto Mohammad Defrizal/Beritasatu Photo -

JAKARTA - Menanggapi fenomena menurunya daya beli masyarakat, terutama dari kalangan dari kelas menengah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan kembali bila pertumbuhan industri pengolahan berkaitan dengan daya beli masyarakat.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif menyatakan hal tersebut tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun hingga ke level 0,25. 

Penurunan tersebut juga diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja industri, yang terlihat pada terjadinya lonjakan porsi cicilan pinjaman dan penurunan porsi Tabungan, sehingga memperdalam fenomena makan Tabungan ‘mantab’ untuk konsumsi sehari-hari.

BACA JUGA:DPR-Pemerintah Sepakat Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen 2025

"Indeks Kepercayaan Industri pada bulan Agustus 2024 bertahan ekspansi di 52,4 seperti IKI pada Juli lalu, tetapi melambat 0,82 poin apabila dibandingkan dengan Agustus 2023. Adapun IKI bulan Agustus 2023 mencapai 53,22," ungkap Febri dalam keterangan resminya dikutip Jumat 30 Agustus 2024.

Kondisi IKI pada bulan Agustus ini masih stabil akibat variabel pesanan baru yang mengalami peningkatan ekspansi sebesar 1,74 poin dari 52,92 menjadi 54,66, peningkatan ekspansi juga terjadi pada variabel persediaan produk sebesar 0,01 poin menjadi 55,54.

Kendati demikian, variabel produksi masih menunjukkan pendalaman kontraksi sebesar 2,90 poin menjadi 46,54.

BACA JUGA:Pemerintah Rencanakan Tarif KRL Berbasis NIK

Febri mengungkapkan, kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, fenomena tersebut menunjukkan perusahaan masih menghabiskan stok untuk memenuhi pesanan dan tidak diimbangi dengan penambahan produksi.

"Kondisi ini terjadi hampir di seluruh subsektor. Hanya beberapa sektor yang variabel produksinya mengalami ekspansi yaitu industri tekstil, industri kayu, industri pengolahan lainnya," kata Febri.

Febri menjelaskan, subsektor Industri Tekstil dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas terkontraksi akibat kalah bersaingnya harga produk dalam negeri dengan produk impor yang masuk.

BACA JUGA:Pengangguran Masih Didominasi Usia 15–24 Tahun

Hal ini terkait dengan penurunan daya beli masyarakat yang mendorong untuk memilih konsumsi secara ekonomis.

Beberapa skema kerja sama seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga dinilai lebih menguntungkan produsen luar negeri.

Tag
Share