Inilah Kepribadian Seseorang yang Gemar Flexing Kemewahan di Medsos
Ilustrasi orang yang gemar pamer kemewahan.--FOTO UNSPLASH.COM/LOOKSTUDIO
SEMAKIN canggihnya akses media sosial saat ini sangat memudahkan seseorang untuk mengunggah segala kehidupannya, baik itu hal menyedihkan maupun menyenangkan.
Seringkali kita digemparkan oleh media sosial dengan kabar menyedihkan seperti isu perselingkuhan yang membuat kita takut menjalani sebuah hubungan, ada pula yang mengunggah kemewahan sehingga mengurangi rasa syukur kita terhadap kehidupan saat ini.
Padahal media sosial tidak mencerminkan murni 100 persen tentang kehidupan seseorang, banyak dari mereka untuk memiliki tujuan tertentu ketika mengunggah sesuatu. Bisa karena ingin viral, dipuji, atau diperhatikan oleh semua orang.
Namun, perlu diperhatikan bahwa jika kita tidak memiliki batasan untuk mengunggah sesuatu di media sosial, bisa berakibat fatal dan membuat pandangan orang lain menjadi negatif. Seperti halnya ketika seseorang gemar flexing kemewahan di media sosial.
Mengutip dari laman Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, menurut psikologi, kepribadian seseorang yang suka gemar flexing kemewahan adalah senang dilihat, seneng menjadi pusat perhatian, serta suka menonjolkan sesuatu yang mereka miliki.
Seseorang yang gemar flexing kemewahan di media sosial akan merasa senang mendengar pujian, pengakuan dari orang lain, dan hal yang paling mendominasi saat ini adalah mereka hanya flexing soal harta bukan prestasi.
Melansir dari laman Psikologi Universitas Medan Area, di era serba canggih ini sulit bagi setiap orang untuk tidak flexing. Pada umumnya, di dalam dunia maya seseorang ingin digambarkan menjadi hal yang menarik, memilik kekayaan, atau kecantikan.
Sikap gemar flexing kemewahan ini tentunya sering menjadi masalah, hal ini disebabkan ketika kita menceritakan kesenangan dalam diri sendiri belum tentu orang lain menanggapinya dengan baik.
Khususnya ketika kehidupan di media sosial itu berbanding terbalik dengan dunia nyata, tanggapan seseorang juga akan berbeda, bukannya senang malah menjelek-jelekkan dari belakang.