Kasih Anak Sepanjang Galah

Diah Meutia Harum

Peneliti BRIN

Dalam rubrik “Sastra Milik Siswa” kali ini akan dibahas cerpen karya teman kita, Ananda Salma Naurany Islami, dari SMA Negeri 10 Bandar Lampung. Tema yang dibawakan dalam cerpen ini adalah hubungan ibu dan anak perempuannya. Hubungan antara seorang ibu dan anak adalah hubungan yang kompleks dan beragam. Hal itu ditandai oleh cinta, panduan, pengalaman bersama, tantangan, dan dukungan yang tak tergoyahkan. Ini adalah ikatan yang melampaui waktu dan keadaan serta meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam kehidupan, baik ibu maupun anak. 

Melalui hubungan tersebut, ibu membantu membentuk anak mereka menjadi individu yang kuat, penuh kasih, dan mandiri. Ia juga memastikan bahwa warisan cinta dan pemahaman dilestarikan melalui generasi. Ikatan abadi ini adalah bukti dari kekuatan cinta ibu yang abadi dan dampak mendalamnya pada kehidupan seorang anak.

Tema tentang cinta seorang ibu terhadap anak perempuannya tentu saja tidak seperti cinta yang lain. Cinta seperti ini adalah cinta yang tidak bersyarat, teguh, dan abadi. Sejak saat sang anak lahir, ibu menjadi pelindungnya, teman curhatnya, dan sumber cinta serta kenyamanan pertamanya. Cinta ini meletakkan dasar bagi harga diri seorang anak dan pemahamannya tentang apa arti cinta sejati.

Sepanjang hidup seorang anak, ibu berperan sebagai panduan utama. Ibu memberikan hikmah, nilai-nilai, dan pelajaran hidup yang membentuk karakter anak, mulai dari belajar cara mengikat tali sepatu hingga memahami keputusan hidup yang rumit. Panduan seorang ibu sangat berharga. Dalam panduan ini, seorang ibu membantu anaknya mengarungi air yang bergejolak selama masa remaja dan dewasa muda serta memberikan dukungan dan wawasan saat diperlukan.

Begitulah sejatinya tema yang hendak disampaikan oleh Ananda dalam cerpen ini. Tokoh Ratih, seorang profesional muda yang telah bersuami dan dikaruniai seorang putra, memiliki “kegalauan” terhadap ibunya. Dikisahkan bahwa Ratih sekeluarga sudah lama tidak pulang kampung menemui ibunya, kurang lebih sejak pandemi melanda. Sejak saat itu, Ratih belum pernah pulang menemui ibunya yang semakin lama semakin menua. Ratih terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kepulangannya selalu tertunda. 

Di akhir cerita, penulis menggambarkan tokoh Ratih yang mengalami kilas balik ketika sampai di kampung halaman. Momen-momen ketika mereka tertawa, menangis, dan merayakan bersama menciptakan kenangan berharga yang menjadi benang merah ikatan unik ibu dan anak. Momen-momen bersama ini tidak hanya membangun koleksi cerita, tetapi juga memupuk pemahaman yang mendalam satu sama lain. Penulis juga menggambarkan tokoh Ibu yang memegang peran kunci dalam meneruskan tradisi keluarga, warisan budaya, dan hikmah. Hal itu terlihat dari tokoh Ibu yang mengadakan syukuran bersama dengan orang-orang kampung untuk menyambut kedatangan Ratih. Tindakan Ibu dimaksudkan oleh pengarang untuk memastikan bahwa tokoh anak tetap terhubung dengan akar dan warisan budaya.

Dalam cerpen ini terlihat bahwa pengarang kekurangan “tempat” dan “waktu” untuk menulis satu cerita yang utuh. Hal yang terasa kurang dalam cerpen ini adalah permasalahan cerita, yaitu tidak adanya konflik dan ketegangan yang terjadi antarkarakter. Pembaca tidak dapat menangkap mengapa Ratih begitu “enggan” untuk pulang menemui ibunya, padahal konfliklah yang membangun cerita. Alur cerita pun berjalan sangat datar sehingga terasa hambar. 

Saat membuat alur cerita lengkap dalam sebuah karya fiksi kita perlu melibatkan beberapa elemen kunci yang bekerja bersama untuk menarik pembaca, mengembangkan karakter, dan membangun narasi yang memikat. Pertama, mulailah dengan konsep atau ide yang jelas untuk cerita. Hal ini bisa berupa penentuan tema, karakter, pengaturan, atau peristiwa tertentu yang ingin dieksplorasi. Kedua, kembangkan karakter yang kompleks dan dapat diidentifikasi dengan kepribadian, latar belakang, dan motivasi yang berbeda. 

Ketiga, buat rangkuman alur cerita dengan merencanakan peristiwa utama dan titik balik cerita. Pastikan cerita memiliki bagian awal, tengah, dan akhir yang jelas. Tentukan konflik pusat dan bagaimana konflik itu akan dipecahkan. Dalam hal ini kita perlu membangun momen klimaks, yaitu saat konflik pusat mencapai puncaknya. Setelah itu, berikan penyelesaian yang mengikat semua benang-benang yang terlebih dahulu terjalin dan memuaskan rasa ingin tahu pembaca.

Pengarang sebaiknya menggunakan bahasa deskriptif dan gambaran yang hidup untuk membuat cerita menjadi nyata. Biarkan pembaca membangun suasana dalam pikirannya melalui penggambaran-penggambaran yang ditunjukkan oleh pengarang sehingga pembaca merasakan dunia cerita melalui mata karakter-karakter dalam cerita.

Menulis cerita tentunya membutuhkan kesabaran dan ketelitian mengenai detil cerita. Oleh karena itu, perlu dilakukan revisi berkali-kali untuk kejelasan, koherensi, dan konsistensi. Selain itu, penyuntingan tata bahasa, tanda baca, dan gaya penulisan sangat diperlukan agar tidak mengganggu pembaca ketika membaca cerita kita. Mintalah umpan balik dari orang lain.

Ingatlah bahwa menulis alur cerita lengkap membutuhkan waktu dan usaha. Jangan takut untuk bereksperimen, menulis ulang, dan mencari masukan dari orang lain. Menciptakan cerita yang memikat adalah perjalanan perkembangan kreativitas dan keterampilan bercerita. Semangat, Ananda, tetaplah berlatih! 

Tag
Share