RAHMAT MIRZANI

Serangan Siber Jadi Ancaman Perbankan

DISKUSI: Diskusi Digital Bank Summit yang mengupas beragam isu perbankan, termasuk keamanan siber. --FOTO ISTIMEWA

JAKARTA - Industri perbankan semakin akrab dengan teknologi digital. Hampir setiap bank konvensional memiliki layanan digital. Ditambah pula lahirnya bank-bank baru dengan segmen bisnis layanan digital.

 

Ternyata layanan digital di perbankan kerap menghadapi tantangan besar, yaitu serangan siber. Untuk itu, industri perbankan perlu mempertimbangkan dua hal penting untuk menjaga keamanan ekosistem digitalnya.

 

VP Business Development PT Privy Identitas Digital (Privy) Rony Tanrim mengungkapkan bahwa ada dua hal yang perlu dilakukan industri perbankan untuk mencegah risiko serangan siber. Pertama, memiliki ISO 27001. Kedua, satu Data Center (DC) dan satu Disaster Recovery Center (DRC) untuk memperkuat keamanan siber.

 

 

ISO yang terkait dengan sistem informasi dan data privasi menjadi kekuatan dari dalam suatu bisnis. Sementara DC dan DRC sebagai langkah mitigasi risiko dan keamanan dalam proses digitalisasi.

 

Dia menyebut, keamanan siber membutuhkan ISO 27001 tentang sistem informasi dan juga data privacy. "Itu maksudnya apa? ISO itu bukan hanya bapak ibu datangkan untuk perusahaan bapak ibu semua, tetapi menjadi back power yang bekerja di dalam itu harus melakukan benar-benar secara disiplin semua suggestion atau pelaporan cek list dari ISO tersebut yang pertama," ucap Rony dalam keterangannya Senin (5/8).

 

Menurut Rony, sejatinya masyarakat tidak perlu takut dengan risiko serangan siber. "Kita butuh disiplin melakukan mirroring data antara DC dan DRC itu," katanya.

 

DRC bisa dianalogikan seperti genset. Ketika ada pemadaman listrik, genset bisa langsung beroperasi. Pun demikian dengan cara kerja DRC tadi.

Tag
Share