Semester I 2024, BTPN Syariah Salurkan Pembiayaan Rp494 M
KERAJINAN TAPIS: Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad bersama salah seorang ibu nasabah yang juga perajin kain tapis yang tergabung dalam Sentra Simbaretno 01, Desa Tanjungrejo, Kecamatan Negerikaton, Pesawaran.--FOTO ISTIMEWA
"Saya mendapatkan manfaat dengan adanya kumpulan karena tidak merasa berjuang sendiri, tapi bersama-sama dan saling menginspirasi satu sama lain. Jadi bukan hanya tahu cara mengelola keuangan agar dapat mengangsur tepat waktu, tapi juga mendapatkan pengetahuan dan pendampingan dan pendampingan," tutur Waliyah.
Selain itu, Waliyah mengatakan BTPN Syariah memberikan kemudahan bagi ibu-ibu nasabah dalam mendapatkan pembiayaan. Pendampingan yang dilakukan melalui kumpulan juga membuat ibu-ibu nasabah memiliki empat perilaku unggul, yakni BDKS.
“Pelayanan yang diberikan BTPN Syariah memudahkan saya mendapatkan modal usaha, petugasnya ramah, dan sistem kumpulan yang dilakukan setiap dua minggu sekali membuat usaha ibu-ibu nasabah tumbuh serta berdaya,” kata Waliyah.
Bermula dari pembiayaan Rp2 juta, Waliyah percaya diri membangun usaha produksi kain tapis. Kini usaha Waliyah semakin berkembang dan pembiayaan dari BTPN Syariah juga terus meningkat hingga Rp10 juta.
Dengan kerja keras dan ketekunan Waliyah, ia tak hanya mampu mencetak omzet Rp700 ribu per minggu, melainkan juga menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Saat ini, Waliyah memiliki 20 karyawan yang membantunya dalam memproduksi beberapa pernak-pernik dari kain tapis,l. Mulai dari sarung, selendang, peci, hingga tas. Seperti diketahui, kain tapis adalah salah satu kerajinan tradisional khas Lampung yang dibuat dari benang emas atau perak.
Corporate & Marketing Communication Head Ainul Yaqin menambahkan, BTPN Syariah merupakan satu-satunya bank syariah yang fokus memberdayakan masyarakat inklusi. Di sini, BTPN Syariah memberikan akses keuangan dengan menyediakan layanan perbankan yang tepat dan adaptif dan juga akses pengetahuan dengan memberikan program pemberdayaan yang berguna untuk mengembangkan usaha serta mencapai kehidupan yang lebih berarti.
"Untuk mendapatkan akses tersebut, ibu-ibu harus mengikuti kumpulan dua minggu sekali dan membangun solidaritas antar-anggota," jelas Ainul.