BACA JUGA:Terkait Temuan BPK RI, DPRD Lamsel: Evaluasi OPD Bersangkutan!
“Bisa aja buat kegiatan rutin atau ajang lomba, pidato dan sebagainya. Supaya pelajaran bahasa Lampung ini dipraktekkan. Harus penanganan yang serius,” tegasnya.
Sehingga, menurutnya, pelajaran bahasa Lampung di sekolah maupun di kampus bukan sekedar menjadi hafalan saja, melainkan turut dipraktekkan.
Alex mengaku, melalui Kober telah melakukan beragam upaya dalam mengajak dan menyosialisasikan pennggunaan bahasa Lampung. Salah satunya dengan mengadakan teater bahasa Lampung di Taman Budaya Lampung pada 24-27 Juli 2024 mendatang.
Terpisah, akademisi Universitas Lampung (Unila) Iqbal Hilal, MPd., masih optimistis Bahasa Lampung bisa tetap lestari. Menurutnya, ancaman kepunahan tersebut merupakan prediksi yang masih bisa dicegah.
“Kita hanya berusaha, orang memprediksi. Bahwa sesuatu akan jadi punah kalau semua kita nggak ada perhatian,” katanya.
BACA JUGA:Seleksi Calon Anggota BPK Rawan Lobi Politik
Namun saat ini, dikatakannya, masih banyak yang peduli terhadap pelestarian bahasa Lampung. Sehingga dirinya meyakini bahwa kepunahan itu tidak akan terjadi. Meskipun dirinya tak menampik bakal adanya pengurangan dalam menggunakan bahasa Lampung.
“Ada beberapa unsur, kelompok dalam masyarakat yang perhatian dan peduli, jadi nggak mungkin punah,” tegasnya.
Kepala Prodi (Kaprodi) Bahasa Lampung Unila ini mengatakan, dalam rangka melestarikan Bahasa Lampung, pihaknya menggagas berbagai kegiatan. “Supaya tradisi kelisanan itu terus-menerus muncul. Dipajang, dilihat atau didengar. Apakah melalui lomba, ruang-ruang tertentu atau secara peristiwa-peristiwa umum,” jelasnya.
Iqbal menjelaskan, dalam segi akademis itulah guna adanya prodi Bahasa Lampung. Dimana, katanya, mahasiswa yang nantinya menjadi kunci di tengah masyarakat dalam membina dan mengembangkan bahasa Lampung.
BACA JUGA:Pengelolaan Persepsi Positif dan Upaya Promosi Investasi di Daerah
“Karena kan setiap bidang harus ada pendidikan formalnya, makanya di prodi ini yang ditekankan adalah belajar berbahasa Lampung, bukan belajar tentang bahasa Lampung,” ungkapnya.
Sebab, pada dasarnya yang harus ditumbuhkan terlebih dahulu adalah rasa bangga dalam menggunakan bahasa Lampung.
’’Terutama yang harus diubah adalah sikap dalam berbahasa, karena itu yang susah kita bentuk sekarang. Itu berlaku bagi semua suku yang tinggal di Provinsi Lampung,” tutupnya.
Menanggapi isu tersebut, Radar Lampung juga mewawancarai pemuda suku asli Lampung Saputra. Pemuda yang tinggal di Kota Bandarlampung ini mengaku sudah tidak menggunakan bahasa Lampung dalam berinteraksi dengan keluarganya.