“Tapi kenapa lu gak ngasih tau kita?” Ucapku kesal.
“Gue ga mau aja kalian ampe khawatir dan berlebihan.” Jawab Jerry dengan senyuman tipisnya.
Akhirnya, ujian kelulusan pun tiba. Bertepatan pada hari bahagia itu, kami mendengar kabar bahwa Jerry meninggal. Betapa terpukulnya batinku karena ia waktu itu sudah berjanji tidak akan pergi sebelum melihat kami berdua pakai baju toga dari SMA. Tapi, kenyataannya Jerry telah berpulang lebih dahulu.
Seminggu setelah pemakaman Jerry, aku dan Sullivan mengingat kaleng yang dulu kami kubur bersama almarhum Jerry. Kami segera menggalinya. Aku membaca harapanku yang tertulis bahwa aku ingin menjadi astronot, sedangkan Sullivan benar-benar menulis pin instagramnya. Sullivan membaca kertas harapan milik Jerry. Wajahnya terlihat pucat dan matanya memerah saat membaca harapan Jerry yang bertuliskan “Tidak ada yang abadi, seperti persahabatan kita ini. Gue selalu berharap semoga kita semua selalu bersama. Semoga kalian nggak akan pernah lupa masa-masa kita”.(*)