Jerry Sullivan dan Doni

Jumat 05 Jul 2024 - 20:06 WIB
Reporter : Rizky Panchanov
Editor : Rizky Panchanov

“Ya udah lah.” Kataku.

Pak Ruslan datang. Jam ujian pun dimulai. Anehnya, Jerry belum juga datang. Sampai saat waktunya diabsen, Pak Ruslan bertanya, “Ini absen nomor 13, Jerry, kemana? Kok nggak ada?”

Kami sekelas tidak tahu dan hanya memandang satu sama lain. 

“Ya udah kalo gitu. Nanti biar diurus Bu Asri aja. Kebetulan Bu Asri juga lagi di luar kota.” Ucap Pak Ruslan sembari menghela nafas.

 

Ujian hari kedua ini berakhir. Aku segera menelfon Jerry. Namun, tidak ada jawaban. Aku sedikit cemas pada saat itu. Takut terjadi apa-apa dengannya mengingat sikapnya yang aneh akhir-akhir ini. Aku dan Sullivan pun memutuskan untuk pergi ke rumah Jerry, tapi tiba-tiba handphoneku berdering. Ibu menelfonku dan menyuruhku untuk segera pulang karena ada kakekku yang berkunjung ke rumah. Kamipun tidak jadi mampir ke rumah Jerry.

Malam hari aku terfikir terus soal Jerry. Akupun berkali-kali mencoba menelfonnya lagi, tapi tetap saja tidak bisa. Bahkan kali ini nomornya tidak aktif.

Akhirnya, hari ketiga ujian yang merupakan hari terakhir pun tiba. Lagi-lagi Jerry tidak ada di kelas saat itu. Sampai Bu Asri pun tiba. Saat itu aku memberitahu bahwa Jerry kemarin dan hari ini tidak masuk ujian.

Bu Asri menghela nafas dan berkata “Jerry sekarang sedang ada di rumah sakit, Nak. Ia terkena penyakit liver dan ternyata tidak ada donor yang cocok dengannya, bahkan dari keluarganya sendiri. Kata dokter, mungkin umurnya tidak akan lama lagi.” 

Kami sekelas terkejut, terutama aku dan Sullivan yang sangat terpukul dan ternganga mendengarnya.

Selepas ujian, aku dan Sullivan segera menuju rumah sakit untuk menjenguk Jerry. Ketika sampai di kamar 06 yang merupakan tempat Jerry, terlihat seorang anak lekaki yang sedang membaca buku sambil diinfus.

Suasana menjadi hening saat Jerry menyadari  kehadiran kami berdua di pintu. Senyuman tipis Jerry seperti mengundang air mata. Tanpa sadar mataku meneteskan air.

Sontak Jerry pun tersenyum saat melihat air mataku ini dan berkata, “Eh lu ngapain? Udah deh, ga usah lebay.” 

“Udah gila ya? Kita ini khawatir. Malah becanda.” Jawab Sullivan sambil tersedu.

Tak kusangka ternyata Sullivan juga meneteskan air matanya, bahkan lebih parah daripada aku sendiri.

Kami mendekat pada Jerry dan melihat lengannya yang sudah kurus hanya dalam waktu beberapa hari saja. Lalu Jerry bercerita tentang hari saat pertama kali ia mengetahui bahwa livernya rusak dan tak bisa digunakan lagi. Ia mendengar percakapan antara orang tua dan dokternya bahwa jika dia tidak segera mendapatkan donor maka hidupnya tidak akan lama lagi. Sambil menundukkan kepala dengan wajah lesu ia berkata “Tapi sampe sekarang ga da donor yang cocok, bahkan emak bapak gue”. Dia juga menceritakan tentang kejadian saat di warung makan dulu. Ternyata ia tidak makan karena seafood adalah salah satu pantangan dari dokter. Ia juga membayarkan makanan kita karena ingin sesekali membahagiakan aku dan Sullivan yang telah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

Kategori :

Terkait

Jumat 09 Aug 2024 - 21:35 WIB

Untaian Asa

Jumat 02 Aug 2024 - 21:40 WIB

One of the Standards of Beauty

Jumat 26 Jul 2024 - 22:34 WIB

Beda yang Sama

Jumat 19 Jul 2024 - 22:15 WIB

Irreplaceable

Jumat 12 Jul 2024 - 22:20 WIB

Manusia Pilihan