Merawat Anturium Agar Tumbuh Eksotis Kuncinya Jaga Kelembapan

Jumat 21 Jun 2024 - 20:38 WIB
Reporter : Rizky Panchanov
Editor : Rizky Panchanov

Di kebun yang cukup luas itu, terdapat puluhan tanaman anturium berjejer rapi di rak pot. Di antara sekian banyak tanaman berdaun indah itu, beberapa series anturium terilhat tampak menawan. Warna daun yang didominasi hijau gelap menambah kesan eksotis tanaman hias tersebut.

Varietas waroq x pedatoradiatum jadi salah satu koleksi tanaman Anthurium non-variegata yang ada di kebun di Sawangan, Depok, tersebut. Varietas hasil persilangan (hibrida) antara warocqueanum dan pedatoradiatum itu memiliki ciri daun lebih gelap dan sinus (kuping) lebar.

Selain varietas itu, di dalam area kebun yang dikelola komunitas Filosofi Daun itu ada Anthurium fort sherman dan hoffmanii. Keduanya juga tak kalah eksotis. Terutama hoffmanii yang memiliki ciri khas daun lebih lebar daripada varietas lain.

Filosofi Daun tahu betul cara merawat tanaman anturium. Mereka memasang jaring peneduh atau paranet untuk agar terik matari tidak terpapar secara langsung terhadap tanaman. Di habitat aslinya, warocqueanum hidup di area dengan kelembapan cukup tinggi, yakni 60–70 persen.

Karena itu, paranet yang dipasang di atap kebun dengan kerapatan pori 60–70 persen dipilih untuk mendapatkan kelembapan tersebut. Selain paranet, atap kebun itu dilapisi plastik ultraviolet (UV) untuk melindungi tanaman dari sinar UV yang berlebihan. Lapisan plastik berada di bawah paranet.

Media tanam juga diperhatikan. Pendiri Filosofi Daun Hutama Yudha menyatakan ada beberapa unsur yang digunakan sebagai media tanam. Di antaranya, pakis, perlite, klenteng (biji kapas), batu pumis, pasir malang, dan kulit pinus (pine bark).

Yudha dkk juga memakai sekam yang sudah difermentasi sebagai salah satu unsur wajib media tanam. Sebelum dicampur dan digunakan, semua unsur tersebut lebih dulu disterilisasi.  ’’Proses sterilisasi tersebut dilakukan agar tanaman lebih tahan terhadap serangan bakteri dan jamur,’’ katanya.

Yudha menyatakan, anturium secara umum memang membutuhkan kelembapan tinggi, tetapi tidak boleh dibiarkan terlalu basah. Karena itu, pihaknya melakukan proses pengairan dan penyiraman dengan sangat hati-hati.

 ’’Penyiraman dilakukan 3 sampai 4 hari sekali,” ujarnya kepada Jawa Pos beberapa waktu lalu. 

Karena area kebun yang cukup luas, penyiraman tanaman dilakukan dengan teknik misting. Jadwal penyiraman diatur dengan baik agar kelembapan media tanaman tetap stabil di kisaran 60–70 persen. ’’Kami membangun kolam air tepat di bawah rak pot untuk menjaga kelembapan area,’’ paparnya.

Selain itu, di beberapa titik di dalam area tanam dipasangi kipas gantung. Fungsinya membantu kelancaran sirkulasi udara. Kipas tidak dinyalakan setiap saat, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan.  Yudha paham, anturium yang ditanam di luar ruangan punya risiko, yakni gampang terserang penyakit dan jamur. Untuk mencegahnya, dia rutin melakukan penyemprotan fungisida sebulan dua kali. Sejauh ini, pencegahan itu cukup efektif menangkal bakteri dan jamur.(jpc/nca)

 

Kategori :