Sejarah dan Hikmah Ibadah Kurban

Jumat 14 Jun 2024 - 21:35 WIB
Reporter : Anggi Rhaisa
Editor : Taufik Wijaya

Karena harapan dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah hanya akan membawa kehidupan kita dalam serial malapetaka dan kehancuran yang tidak akan ada habisnya.

Kedua, ibadah kurban mengandung ajaran tentang “ujian”. Islam mengajarkan kepada kita bahwa di dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang lepas dari ujian Allah, baik ia sebagai individu maupun sebagai kelompok masyarakat. 

Dalam Alquran surah Al Baqarah ayat 155 dengan jelas Allah berfirman, ’’Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.

Maka kita sering mendengar, melihat dan menyaksikan bangsa ini yang senantiasa di rundung bencana. Mulai bencana banjir, kekeringan, kebakaran, longsor, gempa bumi, bahkan tsunami, pernah melanda bangsa ini. 

 

Entah berapa banyak korban jiwa, entah berapa banyak korban harta dan entah berapa banyak kerugian materi secara keseluruhan. Inilah ujian sekaligus teguran dari Allah swt kepada seluruh manusia yang ada di muka bumi ini. 

 

Tetapi ujian yang di berikan Allah swt bukan berupa keburukan saja, tapi juga ujian berupa kebaikan sebagaimana firmannya “...Dan kami menguji manusia dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan”...(Q.S. Al.Anbiya : 35)

Ketika manusia di uji dengan kesengsaraan, kelaparan, kemiskinan, di tinggalkan oleh orang-orang yang dicintai dan ujian kesengsaraan lainya, masih banyak manusia yang tabah dan tawakal.

Sehingga,  ia lulus dari ujian, akan tetapi ketika manusia di uji dengan kesenangan, kemewahan, banyak manusia yang terlena bahkan terjerumus kejurang kehinaan. 

Harta, anak, kedudukan, pangkat, jabatan popularitas dan kemewahan lainnya, adalah bentuk ujian kesenangan dari Allah. 

Dengan hartanya manusia sering lupa bahwa harta itu titipan Allah, ia menganggap bahwa harta itu adalah miliknya yang utuh, sehingga membuat ia kikir, sombong, angkuh dan lupa kepada Allah yang menciptakannya. 

Dengan kedudukan dan pangkatnya, banyak manusia yang lupa bahwa itu adalah amanah dari Allah, sehingga banyak manusia yang menyalah­gunakannya.

Bahkan banyak manusia yang menggunakan aji mumpung, mumpung masih punya pangkat, mumpung masih punya kedudukan, mumpung masih punya jabatan.

Sehingga, hal ini melahirkan kesewenang-wenangan,  dengan hartanya yang berlimpah bukanya ia rajin beribadah, akan tetapi malah banyak meghidupakan kemaksiatan. 

Disinilah manusia sering tergelincir dalam kehidupannya, padahal sejarah telah mencatat Firaun jatuh karena pangkatnya, Qorun jatuh karma hartanya, Namruj jatuh karena kedudukannya. 

Kategori :