JAKARTA - Pengamat ekonomi Indef Andry Satrio menilai langkah diplomasi Presiden Prabowo Subianto membawa dampak besar bagi industri pangan nasional, khususnya produk mi instan.
Menurut Andry, keberhasilan pemerintah menurunkan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia dari 32% menjadi 19% akan menekan biaya produksi dan memperkuat daya saing industri.
’’Dengan tarif yang lebih rendah, biaya input produksi pangan, terutama mi instan, diproyeksikan turun signifikan. Hal ini membuat produk Indonesia lebih kompetitif, bukan hanya untuk konsumsi domestik, tetapi juga ekspor,” ujarnya dikutip dari Antara, Kamis (21/8).
Penurunan tarif tersebut merupakan hasil kesepakatan strategis Indonesia-AS yang disertai komitmen pembelian gandum senilai USD500 juta (sekitar Rp8,1 triliun) dari Negeri Paman Sam.
Gandum merupakan bahan baku vital dalam produksi mi instan, sementara Indonesia sepenuhnya bergantung pada impor karena faktor iklim tropis yang tidak mendukung budi daya.
Andry menambahkan, kebijakan ini diharapkan mampu mendorong pemulihan industri makanan dan minuman yang hingga kini belum kembali ke level pertumbuhan dua digit seperti sebelum pandemi.
’’Dengan biaya input yang lebih rendah, produk olahan berbasis gandum akan jauh lebih kompetitif di pasar global. Industri mi instan Indonesia berpeluang semakin kuat di kancah internasional,” ungkapnya. (beritasatu.com/c1)