BANDARLAMPUNG - Senyawa kuwanon J dari tumbuhan morus shalun atau murbei berpotensi menjadi agen antikanker serviks. Hal ini merupakan hasil penelitian Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M.Si., dosen Prodi Kimia, Kelompok Keilmuan Kimia Hayati, Fakultas Sains Institut Teknologi Sumatera (Itera).
Senyawa kuwanon J merupakan adduct diels-alder yang diperoleh melalui proses biotransformasi menggunakan enzim diels-alderase.
Dalam uji awal, senyawa ini menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks.
Hasil penelitian dipaparkan Rahmat dalam kegiatan Mimbar Akademik Fakultas Sains Itera yang digelar di Aula Gedung F, Jumat (4/7). Kegiatan dihadiri sivitas akademika Fakultas Sains, termasuk Dekan Faultas Sains Dr. Ikah Ning Prasetiowati Permanasari, S.Si., M.Si.
Ikah menyampaikan bahwa Mimbar Akademik menjadi agenda rutin untuk membangun semangat diskusi ilmiah dan kolaborasi riset. ’’Melalui forum ini, kita dapat saling berbagi ide dan menggali potensi penelitian yang memberi kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan,” tutur Ikah.
Dalam presentasinya, Rahmat menjelaskan bahwa penelitiannya memanfaatkan pendekatan kultur jaringan tumbuhan, jamur, dan bakteri untuk memperoleh senyawa bioaktif. ’’Tumbuhan morus shalun menghasilkan senyawa golongan fenolik yang unik dengan rantai isoprenil. Rantai ini menjadi salah satu prekursor pembentukan cincin metil sikloheksena dari senyawa adduct diels-alder,” paparnya.
Tumbuhan murbei dikenal luas di Indonesia sebagai tanaman dari famili moraceae yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis, termasuk kawasan Asia Tengah dan Indonesia.
Selain meneliti murbei, Rahmat juga melakukan riset terhadap berbagai senyawa antikanker lain, antara lain, paclitaxel dari cemara gunung (taxus sumatrana), senyawa phytosterol dari bakau minyak (rhizophora apiculata), senyawa amyrin dari tumbuhan sikat botol (callistemon citrinus), dan senyawa lapachol dari tabebuya (tabebuia aurea).
Rahmat menekankan pentingnya pemanfaatan keanekaragaman hayati lokal sebagai sumber pengembangan obat. ’’Senyawa alami memiliki keunggulan dari sisi keamanan karena umumnya memberikan efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat sintetik," ungkapnya. (rls/gie/c1)