Perang Iran-Israel, Tanda Bahaya dari Timur Tengah

Selasa 24 Jun 2025 - 22:03 WIB
Reporter : Tim Redaksi
Editor : Tim Redaksi

Inilah saatnya Indonesia, bersama kekuatan diplomatiknya yang tersisa, bersuara lebih lantang. Tidak untuk mengutuk, tetapi untuk mengintervensi secara bermartabat. Untuk menyelamatkan, bukan menonton.

Sebab, sejarah tak pernah diingat dari sikap diam, tetapi dari keberanian untuk menyalakan cahaya ketika dunia gelap.

Untuk itu, Indonesia mungkin tidak hanya dapat bersikap reaktif dalam menanggapi situasi yang ada, tetapi dapat menjadi lebih proaktif. Misalnya, dengan membentuk Jakarta Peace Forum on West Asia. 

Forum itu dapat ditempatkan sebagai suatu wadah diplomasi informal dan kolektif lintas global south. Selain itu, Indonesia dapat menawarkan skema ”gencatan senjata bergilir” sebagai solusi transisi menuju perdamaian, sembari mengerahkan bantuan kemanusiaan berbasis ASEAN–OIC. 

Itu bukan hanya demi reputasi global Indonesia, tapi juga bukti bahwa negara kita masih punya nyali dan nyawa dalam panggung perdamaian dunia. 

Di tengah dunia yang kelelahan oleh konflik, diplomasi Indonesia harus kembali menjadi juru bicara nalar dan nurani. Lekaslah damai. (*)

 

*) Muhammad Arief Zuliyan adalah dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Diponegoro.

*) Probo Darono Yakti adalah dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga dan Direktur Center for National Defense and Security Studies.

 

Tags :
Kategori :

Terkait