Gedung Putih, kedutaan Israel, dan misi Iran di PBB belum memberikan pernyataan resmi terkait serangan ini.
Namun, yang jelas, langkah Netanyahu ini telah mempermalukan beberapa tokoh dalam lingkaran Trump, termasuk Steve Witkoff, utusan Timur Tengah yang selama ini menjalin negosiasi intensif dengan Iran.
Witkoff, orang kepercayaan Trump, sudah lama mencoba membujuk Netanyahu untuk bersabar dan menunggu hasil pembicaraan diplomatik.
Namun, upaya itu kandas. Bahkan sebelum serangan Israel ke Iran terjadi, beberapa pejabat di lingkaran Trump secara pribadi mengakui bahwa diplomasi yang dibangun telah goyah. Padahal, masa jabatan kedua Trump sempat dibuka dengan optimisme.
Beberapa hari sebelum pelantikannya, Witkoff sempat bekerja sama dengan tim Presiden Joe Biden untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza. Sayangnya, kesepakatan itu hanya bertahan hitungan minggu.
Harapan akan perdamaian di Ukraina pun masih jauh dari kenyataan. Trump pernah berjanji bahwa dia bisa mengakhiri konflik Rusia-Ukraina, bahkan sebelum dilantik. Namun, kenyataannya AS belum menunjukkan kemajuan berarti.
Selain itu, pemerintahan Trump tidak menunjukkan langkah konkret dalam memperluas Abraham Accords, pakta penting dari masa jabatan pertamanya yang menormalisasi hubungan diplomatik Israel dengan negara-negara Arab.
Di dalam negeri, perpecahan kebijakan luar negeri terlihat makin tajam. Puluhan pejabat, mulai dari Dewan Keamanan Nasional, Pentagon, hingga Departemen Luar Negeri telah dipecat karena konflik internal.
Bahkan Witkoff yang awalnya dianggap tokoh kunci diplomasi, mulai diragukan kapasitasnya oleh pejabat senior karena minimnya pengalaman diplomatik.
Kemarahan juga datang dari kubu Demokrat. Mereka menyoroti keputusan Trump pada masa jabatan pertamanya yang membatalkan kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani era Obama.
Kesepakatan itu dinilai sebagai penyeimbang penting di kawasan dan tidak adanya alternatif dari Trump kini menjadi bumerang.
"Ini bencana buatan Trump dan Netanyahu. Sekarang kawasan terancam tenggelam dalam konflik baru," tegas Senator Demokrat, Chris Murphy di platform X.
Kini, dunia menyaksikan apakah serangan Israel ke Iran menjadi pukulan mematikan bagi citra Trump sebagai "pembawa perdamaian global" atau hanya sekadar kemunduran sementara. Namun bagi sebagian analis, mimpi itu sudah terlalu rusak untuk diperbaiki.
"Jika benar serangan ini adalah awal dari kampanye Israel untuk menghancurkan program nuklir dan rudal Iran, maka rezim Iran kini dalam situasi hidup dan mati," ujar Charles Lister dari Middle East Institute.
Menurutnya, serangan Israel ke Iran membuka babak baru yang lebih berbahaya dari konflik-konflik sebelumnya. Di tengah badai ini, janji Trump untuk membawa perdamaian dunia tampaknya sudah tenggelam sebelum sempat mekar.
Serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran memicu kekhawatiran global. Pemerintah Iran menyebut hal ini sebagai alasan kuat untuk mempercepat pengembangan teknologi nuklir, termasuk program pengayaan uranium dan kemampuan rudal.