1 MEI diperingati sebagai hari buruh sedunia atau dikenal dengan istilah May Day. Sekedar informasi, peringatan hari buruh sudah diinisiasi lebih dari 130 tahun yang lalu.
Pada tahun 1889, federasi internasional dari kelompok sosialis dan serikat buruh sepakat tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari untuk menggalang solidaritas di kalangan pekerja. 1 Mei dipilih untuk mengenang tragedi haymarket riot atau kerusuhan haymarket yang terjadi di Chicago, Illinois, Amerika Serikat.
Haymarket riot merupakan tragedi kekerasan yang melibatkan polisi dan massa buruh yang sedang berunjuk rasa di Chicago pada 4 Mei 1886. Peristiwa bermula dari kerusuhan tanggal 3 Mei yang terjadi saat aksi unjuk rasa buruh perusahaan McCormick Harvesting Machine Company. Setiap perayaan May Day, biasanya para buruh di berbagai negara melakukan aksi demonstrasi yang dilakukan sebagai bentuk unjuk rasa serta penyampaian pendapat dalam menegakan hak-hak kaum buruh.
Sejarah pergerakan buruh di Indonesia juga diwarnai oleh perjuangan beberapa tokoh. Diantaranya gelar Pahlawan Buruh Nasional diberikan kepada Marsinah, Muchtar Pakpahan, Jacob Nuwa Wea, dan Thamrin Mosiisaat pada peringatan Hari Buruh Internasional di Jakarta, 1 Mei 2022.
Wiji Thukul
Hampir sama seperti Marsinah, Wiji Thukul juga menghilang karena suaranya yang vokal dalam pergerakan buruh. Bedanya, kejelasan terkait keberadaan Wiji Thukul hingga kini belum ditemukan. Tidak ada yang tahu apakah dia masih hidup atau sudah meninggal dunia. Ia diduga diculik pada 27 Juli 1998 pada usianya yang ke-34 tahun.
Berawal dari peristiwa 27 Juli 1996 hingga kerusuhan 1998, Wiji Thukul sering berpindah-pindah daerah dengan maksud bersembunyi dari kejaran aparat. Ia sebenarnya bukanlah buruh, tapi dia aktif dalam memperjuangkan hak-hak buruh pada masa Orde Baru.
Latar belakang seni dan sastra yang dimilikinya membuat ia piawai untuk membangkitkan semangat massa dengan kata-kata.
Marsinah
Hingga sekarang, nama Marsinah masih melekat menjadi ikon perjuangan kaum buruh melawan penindasan. Marsinah adalah aktivis buruh yang dibunuh ketika masa Orde Baru. Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Kakaknya bernama Marsini dan adiknya adalah Wijiati.
Ayah Marsinah bernama Astin dan ibunya adalah Sumini. Keluarga mereka tinggal di desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ketika Marsinah berusia tiga tahun, sang ibu meninggal dunia. Setelah itu, ayahnya menikah lagi.
Kemudian, Marsinah diasuh neneknya, Paerah, yang tinggal bersama paman dan bibinya. Sejak kecil, Marsinah sudah terbiasa bekerja keras. Sepulang sekolah, ia selalu membantu neneknya menjual gabah dan jagung.