Penetapan proposal yang lolos tidak hanya didasarkan pada kualitas proposal, tetapi juga dilihat dari rekam jejak peneliti terkait kompetensi, integritas, kesesuaian mitra peneliti, administrasi, dan kesanggupan pendanaan yang disiapkan pimpinan LPPM PTNBH yang bersangkutan.
Seleksi proposal dilakukan secara objektif dan transparan, tetapi rahasia. Artinya, independensi reviewer sangat terjaga dengan baik.
Sejak awal program RKI dimulai dari seleksi internal di PTNBH masing-masing sampai seleksi nasional, pimpinan LPPM terlibat aktif dalam memantau proposal para penelitinya, termasuk ”menjodohkan” peneliti dengan mitra yang digandeng.
Ibarat sebuah gawe manten, pimpinan LPPM PTNBH memiliki kewajiban mencarikan jodoh putra-putri terbaiknya untuk selanjutnya ”mengawinkan” menjadi pasangan yang serasi dan dapat bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Dalam mencarikan ”jodoh” para peneliti agar dapat berkolaborasi, asosiasi LPPM PTNBH se-Indonesia di bawah kepemimpinan Prof R. Benny Riyanto dan jajarannya berperan penting dalam memfasilitasi.
MAMPUKAH RKI MEMAJUKAN NEGERI?
Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 189 Tahun 2024 tentang Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Pendidikan Tinggi memberikan peluang dan harapan besar.
Yakni, pendidikan tinggi menjadi salah satu garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui tugas tridarma, (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat).
Namun, seiring dengan implementasi tridarma perguruan tinggi, di awal pemerintahan Presiden Prabawo Subianto terdapat kebijakan efisiensi anggaran pada semua bidang, termasuk pendidikan.
Lingkungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) dilaporkan kena pemangkasan anggaran sebesar Rp 22,5 triliun dari total pagu anggaran sebesar Rp 57,6 Triliun.
Pemangkasan itu berdampak pada berbagai program. Di antaranya, program pengiriman mahasiswa ke luar negeri dan program penelitian (riset).
Untuk program penelitian, implementasi kebijakan efisiensi di internal PTNBH bervariasi.
Ada yang tetap menyiapkan anggaran seperti biasanya, ada yang mengurangi anggaran secara signifikan, dan ada yang justru menaikkan pagu anggaran dengan argumentasi bahwa bidang pendidikan (di dalamnya penelitian) adalah investasi masa depan.
Hal itu penting dilakukan untuk memenuhi tugas utama perguruan tinggi, yaitu tridarma.
Argumentasi bahwa investasi pendidikan merupakan investasi masa depan sejalan dengan pemikiran Becker (1993) yang mengemukakan bahwa investasi bidang pendidikan mampu memberikan dampak manfaat lebih besar daripada investasi bidang ekonomi atau bidang lainnya.
Sebab, manfaat yang diperoleh individu dan masyarakat melalui investasi pendidikan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga nonmateri.