Gen Z dan Alpha Rentan Terpapar Hoaks

Rabu 05 Mar 2025 - 16:31 WIB
Editor : Abdul Karim

DERASNYA arus informasi menjadi tantangan gen Z dan gen Alpha dalam membentuk mentalitas serta inteligensia mereka. Mengonsumsi informasi yang keliru apalagi hoaks dapat mengancam rencana jangka panjang pemerintah menuju Indonesia Emas di 2045. Alih-alih menjadi generasi emas, hoaks justru akan membentuk bangsa menjadi Indonesia cemas.

’’Gen Z dan Alpha harus bisa lebih semangat dan jangan cepat patah mental,” kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Ria, Ade Ria Nirmala, melalui keterangan tertulisnya seperti dikutip jawapos.com., Selasa (4/3).

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi bertajuk Generasi Z dan Alfa di Era Digital 5.0, Mampukah Menjadi Generasi Emas? Ade mengatakan bahwa gen Z dan Alfa harus lebih banyak berpikir dan berkegiatan positif agar memiliki mental yang kuat.

Mereka juga, lanjutnya, harus lebih kritis dan skeptis dalam menerima arus informasi yang bertebaran di dunia maya apalagi media sosial. Menurutnya, banyak informasi yang beredar perlu dicek lebih lanjut kebenarannya. Hal ini dilakukan agar generasi penerus tidak terjebak dalam informasi ambigu.

BACA JUGA:RSUDAM Evaluasi Penyedia Jasa Kebersihan

Senada diungkapkan Direktur Pusat dan Analisa Ekonomi Nusantara Edo Segara Gustanto. Dia menilai bahwa saat ini gen Z dan Alpha masih rentan terpapar isu hoaks. Dia mencontohkan isu boikot produk yang diduga terafiliasi Israel menyusul agresi negara zionis tersebut ke tanah Palestina.

Beredarnya isu hoaks terlihat ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa nomor 83 terkait imbauan untuk tidak memakai produk yang diduga terkait Israel. Edo melanjutkan, tidak lama berselang setelah MUI mengeluarkan fatwa tersebut, bermunculan daftar produk yang diduga terafiliasi Israel.

Padahal, sambung dia, MUI dan pemerintah tidak pernah mengeluarkan daftar resmi perusahaan-perusahaan yang disebut-sebut terkait Israel. Menurut Edo, tidak semua orang memahami kalau ada yang menunggangi isu boikot di Indonesia.

“MUI tidak pernah merilis produk yang harus diboikot. Akan tetapi muncul tiba-tiba pada sore hari produk-produk yang harus diboikot. Siapa yang merilis?” tegas Edo.

Dekan UIN, Ade, menimpali bahwa masyarakat jangan hanya ikut-ikutan terkait gerakan boikot ini mengingat banyak informasi bias berkenaan dengan daftar produk. Menurutnya, publik harus mencari informasi akurat sebelum melakukan boikot terhadap produk tertentu.

Ade berpendapat bahwa sudah seharusnya pemerintah dan lembaga terkait lainnya mengklarifikasi dan meluruskan daftar hoaks yang sudah beredar. Dia mengatakan, cara-cara kekinian seperti menggunakan medsos dan kecerdasan buatan (AI) juga harus digunakan agar lebih masuk dan mudah dimengerti gen Z dan Alpha.

Dosen Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Muhammad Rizky, mengatakan bahwa penyebaran informasi hoaks berpotensi mengancam ekonomi digital. Dia melanjutkan, informasi yang beredar bakal berdampak pada preferensi publik untuk membeli produk tertentu.

Menurutnya, perkembangan ekonomi digital dapat membantu pertumbuhan ekonomi nasional. Sehingga, sambung dia, pemerintah perlu membuat regulasi yang mendukung pertumbuhan sektor usaha.

“Regulasi di Indonesia seperti UU ITE, hingga UU terkait digital yang diadakan harus melindungi pelaku usaha di setiap industri,” katanya. (jpc/c1/rim)

 

Kategori :