Apa kebutuhan perkembangan yang mungkin mereka miliki pada saat itu yang belum bisa mereka ungkapkan? Misalnya, ketika kamu dan pasangan berencana pergi keluar malam, anakmu mungkin menunjukkan reaksi emosional yang kuat karena mereka tidak ingin kamu pergi.
Dibandingkan marah atau mengabaikan perilaku anak, cobalah bertanya, "Apa yang ingin disampaikan anakku? Kebutuhan apa yang perlu diperhatikan?" Mereka mungkin memerlukan kenyamanan, rasa aman, atau kepastian. Memahami bahwa perilaku tersebut terkait dengan kebutuhan perkembangan membantumu memberikan respons yang lebih sabar dan tepat.
5. Hindari Mempermalukan Anak dan Lebih Fokus pada Perilakunya
Mempermalukan anak justru dapat merusak harga diri mereka. Misalnya, jika seorang anak laki-laki berusia 10 tahun secara tidak sengaja menumpahkan susunya untuk ketiga kalinya dalam seminggu dan ayahnya marah, mengatakan, "Kamu benar-benar bodoh, mengapa tidak lebih berhati-hati?"
Apabila terjadi berulang kali, maka mampu membuat anak merasa dirinya tidak berharga. Sebagai gantinya, pendekatan yang lebih membangun adalah dengan fokus pada perilakunya. Dalam situasi yang sama, sang ayah bisa berkata, "Tidak masalah, ayo ambil handuk untuk membersihkannya. Itu hanya kesalahan. Kalau butuh sesuatu di meja, minta tolong orang lain untuk memberikannya, ya?"
6. Dorong Anak Berpikir Proaktif Mengenai Solusi
Ketika kamu dan anakmu berbeda pendapat tentang suatu keputusan, cobalah bertanya kepada mereka apa yang sebenarnya diharapkan atau ingin ubah dari situasi tersebut. Pertanyaan ini membantu mereka menyadari bahwa setiap masalah mempunyai berbagai pilihan solusi.