JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di berbagai tingkat pendidikan, mulai PAUD hingga SMA, telah dimulai dengan tujuan memenuhi kebutuhan gizi siswa melalui Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kemang.
Namun, kebijakan ini menimbulkan dampak yang cukup signifikan, terutama bagi pedagang kantin sekolah. Salah satunya Ibu Sri, seorang pedagang kantin di sebuah sekolah dasar di wilayah Jakarta Selatan. Dia biasa menjual nasi ayam dan minuman, namun kini merasa khawatir dengan adanya program makan gratis bagi siswa.
“Anak-anak dapat makan gratis, jadi kantin pada tutup,” ujarnya, mengungkapkan penurunan penjualan yang dirasakannya. Ia juga khawatir akan pembelian bahan makanan yang berlebihan yang bisa berujung pada pemborosan.
“Kalau bahan terlalu banyak, takutnya nggak habis dan mubazir,” tambahnya.
Ibu Sri juga menyebutkan bahwa pihak sekolah sempat berdiskusi dengan para pedagang kantin mengenai keberlanjutan operasional mereka meskipun ada program makan bergizi gratis ini. Namun, mereka masih menunggu perkembangan lebih lanjut.
“Seperti yang sudah dibicarakan sekolah, kami lihat nanti bagaimana ke depannya,” ujarnya dengan nada khawatir.
Selain itu, Ibu Sri juga mencatat bahwa pendapatan kantinnya menurun drastis sejak pandemi. “Saat pandemi, pendapatan bisa turun sampai 400-500 ribu. Sekarang, sangat sulit untuk mencapai angka tersebut,” jelasnya.
Dengan adanya program makan bergizi gratis yang dilaksanakan pada pagi hari, Ibu Sri menyebutkan bahwa siswa sudah merasa kenyang sebelum waktu makan siang, yang membuat mereka enggan membeli makanan lagi di kantin. “Anak-anak sudah makan, yang laku cuma minuman,” katanya.
Meski begitu, Ibu Sri tetap berharap masih bisa menjual minuman pada waktu istirahat kedua. “Ya, mudah-mudahan masih bisa jual minuman saat istirahat kedua,” harapnya, menunjukkan kesiapan untuk beradaptasi dengan kebijakan baru ini. (disway/c1/abd)