BANDARLAMPUNG - Ar Raihan Islamic Science Tech School (Ar Raihan ISTS) menggelar In House Training (IHT) bertema Teacher: From Profesional to Passion selama dua hari (6-7/1). Hal ini bertujuan membekali pembelajaran guru pada awal semester genap.
IHT yang digelar di Aula Ar Raihan ISTS ini menghadirkan empat pemateri. Salah satunya Ketua Pembina Yayasan Ar Raihan Dr. Gunadi Rusyidi, M.Kom.
"Sekolah Ar Raihan ISTS merupakan sekolah yang selalu berupaya menciptakan generasi cerdas, berbudi pekerti, dan berupaya adaptasi teknologi infomasi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya dengan Apple Ecosystem, yakni mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan," kata Gunadi.
Guna mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan, kata Gunadi, perlu mengadakan IHT bagi guru jelang memulai pembelajaran semester genap agar apa yang diharapkan tercapai. "Mewujudkan guru profesional yang mampu mencerdaskan anak didik berbudi pekerti luhur itu yang diharapkan," ungkapnya.
Sementara Kabid Pembinaan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lampung Drs. Sunardi, M.Pd. memberikan pemahaman kepada guru tentang ruh guru kembali pada Quran.
Sunardi menitipkan pesan kepada guru Ar Raihan ISTS agar membangun ruh dan karakter guru harus kembali berpedoman kepada Alquran.
’’Salah satunya, menjadi seorang guru harus menjadi pribadi yang ikhlas dan jiddiyah (bersungguh-bersungguh) serta selalu mendoakan siswa/i menyebut nama-Nya di hadapan Allah agar mendapat hidayah. Sebagaimana Rasulullah SAW mendoakan Umar bin Khatab agar mendapat hidayah,’’ katanya.
Dalam IHT, guru Ar Raihan ISTS juga mendapatkan pemahaman bahwa seorang guru juga memahami kesehatan otak dan mental siswa. Materi ini diberikan oleh Dr. Cahyaningsih F.R., Sp.K.J., M.Kes.
Cahya, mengatakan, bertapa pentingnya seorang guru juga memahami kesehatan otak dan mental siswa. ’’Terutama dalam pendampingan tumbuh kembang peserta didik dengan karakter generasi saat ini, termasuk generasi Z. Misalnya, melakukan pendekatan berbasis sekolah yang proaktif dan preventif saat berkaitan dengan siswa masuk kategori anak-anak remaja pada generasi Z. Seperti mempertimbangkan aspirasi remaja untuk memastikan kebutuhan dan penanganan yang tepat,’’ katanya.
Kemudian kata Cahya, seorang guru harus selalu berupaya meng-update pengetahuan mengenai kesehatan mental remaja. "Dapat juga melakukan diskusi terbuka tentang kesegaran mental," jelasnya.
Seorang guru, kata cahya, juga harus melakukan peningkatan tentang di mana dan bagaimana mencari bantuan di lingkungan sekolah, termasuk apa yang harus dilakukan.
"Jadi seorang guru harus mampu membangun jiwa yang sehat. Tentunya akan berdampak menciptakan generasi bangsa yang kuat," ungkap Cahya. (*)