BANDARLAMPUNG - Beberapa waktu lalu, ada penerbangan langsung dari Lampung ke Yogyakarta dan Lampung–Bali maupun sebaliknya. Rute tersebut bisa dikatakan sebagai rute menuju destinasi wisata, baik itu Lampung, Yogyakarta, maupun Bali.
Rute penerbangan langsung Lampung–Bali dibuka pada 17 Januari 2024 dilayani oleh maskapai AirAsia. Dari Lampung, penerbangan dilakukan pukul 12.25 WIB. Sedangkan dari Bali ke Lampung berangkat pukul 10.50 WIB.
Frekuensi penerbangan AirAsia rute Lampung–Bali empat kali dalam seminggu, yaitu Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu, dengan durasi penerbangan 2 jam 10 menit.
Kemudian penerbangan langsung dari Lampung–Yogyakarta–Bali dan sebaliknya mulai dilakukan pada Minggu, 21 Januari 2024, dilayani maskapai Lion Group.
Jadwal keberangkatan dan tiba rute penerbangan Lampung–Yogya–Bali yang dibuka setiap hari. Lampung–Yogyakarta berangkat pukul 09.00 dan tiba pukul 11.00 WIB, dilanjutkan Yogyakarta–Bali berangkat 11.40 WIB tiba pukul 14.05 WITA.
BACA JUGA:Akademisi Nilai Harus Ada Kolaborasi Pemda dan Maskapai
Sementara sebaliknya Bali - Yogyakarta berangkat 14.45 WITA dan tiba 15.15 WIB dilanjutkan Yogyakarta - Lampung Berangkat 15.55 WIB dan tiba pukul 17.55 WIB. Namun sayang rute yang digadang-gadang sebagai penghubung antara destinasi wisata hanya seumur jagung.
Pasalnya saat ini kedua rute tersebut tengah mati suri atau berhenti sementara. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Lampung Bambang Sumbogo saat dikonfirmasi Radarlampung.
Kata Bambang Sumbogo, penerbangan langsung rute Lampung - Yogyakarta dan Lampung - Bali telah berhenti beberapa bulan lalu. “Ya, mulai 20 Oktober atau November berhenti baik AirAsia maupun Lion Group,” ujar Bambang.
Disampaikan Bambang, berhentinya penerbangan langsung terhadap lantaran rendahnya permintaan atau low season. “Karena permintaan kecil karena low season sementara berhenti dulu. Artinya ketika mulai ramai lagi mungkin dari maskapai akan kembali,” ucapannya.
Disinggung apakah ada kaitannya rendahnya permintaan dengan ongkos pesawat, Bambang membantahnya.
Menurut Bambang, dalam dunia penerbangan ada musim yang disebut high season atau permintaan tinggi dan low season atau permintaan rendah.
“Contoh kayak di Pantai Tanjung Setia saat ini lagi sepi wisatawan. Dari April sampai Oktober naik dan turun,” tuturnya.
BACA JUGA: Kementerian PU Anggarkan Rp12 T untuk Bangun 17 Bendungan
Sehingga kata Bambang, dari pada rugi maskapai memilih untuk mengurangi penerbangan. “Mereka dari pada tebang rugi,lebih baik mengurangi penerbangan. Jadi ini bukan berhenti permanen tapi sementara yang nanti masih bisa hidup kembali,” ungkapnya.