Namun menurutnya ada beberapa hal yang bisa membuat elekabilitas petahana menurun. "Pertama, masyarakat Lampung melihat petahana ini tidak bisa bekerja maksimal menyejahterakan masyarakat. Salah satu indikatornya itu jalan rusak, viral kan dulu bahkan sampai nasional. Berpengaruh sekali terhadap citra petahana," ujarnya.
"Kemudian, ini juga langkah cerdas dari pendukung, semua perpol berkolaborasi. RMD juga berhasil membranding dirinya yang merupakan sebuah pasangan energik yang muda. Ini kan pemilih pemula jumlahnya banyak. Kalau orang awam melihatnya kan, pasangan tua lawan pasangan muda, " ujarnya.
Dijelaskannya, secara teoretis, kampanye itu didlakukan dengan dua care. Yakni ofensif dan defensif. Kalau ofensif, sambung Roby, dilakukan upaya untuk mencari suara baru. Kalau defensif, lebih kepada mempertahankan yang sudah ada.
"Ofensif ini tentu ada peran kuat orang lokal. Local strong man, mulai dari tokoh adat, pemuda, ketua-ketua, dan memang pasangan RMD-Jihan juga didukung keluarga besar dan parpol yang banyak. Posisioning branding-nya juga pas ke anak muda," ujarnya.
Sementara, Ardiansyah menjelaskan bahwa angka QC ini bisa menjadi angka tertinggi di wilayah indonesia. "Ini rekor, rekornya persentase terbesar. Kemudian yang kedua adalah petahana kalah yang angka suaranya di bawah 20 persen," ucapnya.
Lebih jauh, pria karib disapa Bang Aca ini menjelaskan angka yang didapatkan RMD-Jihan dalam QC ini di luar prediksi. Menurutnya dalam prediksi survei yang dilakukan Radar Lampung Media Group Research and Development (RLMG R&D) periode Oktober dan November, secara kemenangan memang sejalan degan QC. Namun secara detail angka ada di angka 72 persen kemenangannya.
"Ini betul-betul di luar jangkauan. Saya sangat takjub dengan perolehan yang cukup besar sampai tidak ada perlawanan dari petahana. Sebenarnya, survei Radar Lampung itu ada di 69 persen dengan margin of eror 3 persen. Artinya kalau ditarik maksimal ke atas, bisa sekitar 72 persen menangnya. LSI juga saat itu di angka 72 persen. Jadi secara prediksi kemenangan tidak meleset," katanya.
Dijelaskannya juga, sebelumnya pernah berdiskusi dengan RMD terkait peluang terjadinya kotak kosong dalam Pilgub Lampung 2024. Namun di injury time ternyata Arinal Djunaidi bisa mencalonkan diri menjadi peserta Pilgub Lampung.
"Tapi, survei Arinal saat itu hanya di angka 14 persen. Nah, saya ngerinya saat itu calon lain yang masuk. Dan, kalau incumbent ini dari awal sudah terlihat. Jika di awalnya sudah menurun, pasti ke depannya akan menurun lagi. Petahana itu, kalau di awal elektabilitasnya tidak di atas lebih dari 50 persen sebaiknya ya tidak nyalon saja. Sebab, tidak mungkiin mampu terangkat," ujarnya.
Bang Aca juga bilang yang menjadi faktor QC RMD-Jihan bisa melejit adalah dua anak muda calon pemimpin masa depan ini bisa dibilang tidak punya cadar. "Sosok anak muda yang betul-betul memberikan kesan positif. Lihat saja saat debat, , pola kampanyenya tidak pernah nyerang, santun. Ini menurut saya merupakan cara-cara yang baik. Dan, ini yang membuat akhirnya RMD-Jihan mendapat hati di masyarakat," ujarnya. (abd/c1/rim)