“Bantuan ini adalah stimulan dan tentu ini dilakukan secara bertahap. Kami berharap setelah menerima bantuan, KWT dapat berkembang secara mandiri,” katanya.
Tim Penanganan Stunting Kabupaten Pesawaran Rahmadhoni menyebut, B2SA merupakan salah satu program yang patut disambut baik dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Pesawaran.
Melalui pemberdayaan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani, pekarangan-pekarangan rumah menurutnya dapat dimanfaatkan untuk menanam beragam kebutuhan pangan guna menunjang pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga beresiko stunting. Pemenuhan gizi yang baik dan seimbang menurutnya menjadi salah satu aspek penting dalam upaya pengentasan stunting.
“Program ini berkaitan dengan bentuk konvergensi terhadap semua OPD, saya kira program ini sangat baik dan harapannya tentu OPD bisa meminta dukungan bekerja sama dengan pihak ketiga melalui program CSR,” ujar Rahmadhoni.
Selain membentuk kemandirian pangan melalui pemberdayaan KWT, Rahmadhoni menyebut, Pemkab Pesawaran juga telah bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional RI dan Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Holtikultura (DKPTPH) Provinsi Lampung dalam peluncuran Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi untuk siswa (Genius) untuk 600 siswa Sekolah Dasar (SD).
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pangan bergizi, serta meningkatkan status gizi guna menyiapkan generasi unggul menuju Indonesia emas 2045.
“Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan survei SKI, angka prevalensi stunting Kabupaten Pesawaran turun 15,1% dari angka 25,1 % ditahun 2022 menjadi 10 persen di tahun 2023,” ujar Rahmadhoni. (*)