PRAKTIK Mandiri Bidan (PMB) merupakan garda terdepan persalinan normal tanpa penghambat, berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Ketidakpahaman dan kesulitan dalam metode penggunaan dan pengisian partograf menyebabkan bidan tidak dapat memprediksi ada tidaknya penyulit dan kapan waktunya merujuk atau menunggu. Partograf yang berisi pemantauan keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan merupakan indikator penting seorang bidan untuk menangani proses persalinan.
BACA JUGA:DPRD Lampung Gelar Paripurna, Pandangan Umum Fraksi dan Jawaban Gubernur
Kesalahan pengisian menyebabkan pasien terlalu dini penginputan data fase persalinan ataupun sebaliknya, sehingga angka rujukan ke Rumah Sakit meningkat serta secara tidak langsung meningkatkan angka tindakan Seksio Sessarea.
Hal ini disampaikan Dosen poltekkes kemenkes tanjungkarang Nurlaila, S.Pd.,M.Kes. sebagai ketua dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM), serta beranggotakan Dr. Ika Fitria Elmeida,S.SiT.,M.Keb
Kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman tentang pengisian partograf serta penilaian mulai kala I sampai dengan kala IV persalinan kepada Bidan praktik mandiri. Sehingga mampu secara mandiri memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna. Harapannya PMB mampu menindaklanjuti kapan melakukan rujukan terhadap pasien untuk mendapatkan tindakan.
BACA JUGA:Link Pendaftaran CPNS 2024 Kota Bandar Lampung Resmi Dibuka Sore Ini
Masih tingginya angka seksio sessarea, merupakan masalah kesehatan dialami oleh Pemerintah saat ini, sehingga perlu upaya edukasi dan sosialisasi tentang pengisian Partograf yang baru sehingga tercapai penurunan angka seksio sessarea. sehingga, angka kesakitan dan kematian akibat komplikasi seksio sessarea dapat diturunkan dan diharapkan target dapat tercapai sesuai yang rekomendasi WHO.
Nurlaila menjelaskan, PKM sebagai bentuk tanggung jawab dosen yang bertujuan membentuk Persalinan Aman dan Nyaman membantu meningkatkan self care pada ibu bersalin, dengan mengoptimalkan peran bidan dalam memantau persalinan, Kegiatan pengabmas berupa upaya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat melalui edukasi dan refreshing pengetahuan tentang pengisian partograf kepada PMB.
Dengan metode edukatif mengandung unsur pendidikan yang bisa mendinamisasikan bidan menuju kemajuan yang dicita-citakan dan persuatif berorientasi kepada peningkatan peran serta masyarakat secara langsung dalam berbagai proses dan pelaksanaan pengabdian, tolak ukur penilaian tentang partograf sehingga hambatan pengisian partograf tersebut dapat diketahui.
BACA JUGA:PPPK Boleh Ikut Seleksi CPNS 2024: Begini Caranya
Sumber rujukan tolak ukur penilaian adalah Permenkes RI No. 4 Tahun 2019. Untuk mempermudah identifikasi faktor penyebab masalah program di atas, diperlukan kerangka konsep dengan menggunakan pendekatan sistem.
Kegiatan ini dilakukan secara bertahap dari bulan April sampai oktober. Sosialisasi program pengabmas awal kegiatan dilaksanakan pada Juli, dihadiri oleh perwakilan UPTD Puskesmas Panjang, Penanggung jawab KIA, Promkes, Bidan Desa di TPMB Wirahayu, S.Tr.Keb ujar Nurlaila
Nurlaila melanjutkan, “kegiatan ini melibatkan Bidan di TPMB Wirahayu yang akan diberikan penyuluhan dan pelatihan tentang Penggunaan Partograf dan kuesioner IKAlin dan praktik Soal-soal pada Persalinan dan penerapannya pada Partograf,imbuhnya Permasalahan yang sering ditemui adalah ketidakpatuhan bidan dalam membuat Partograf menyebabkan keterlambatan penanganan pada ibu bersalin yang berisiko, sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum komplikasi dan akibat buruk lainnya terjadi.
bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, perpanjangan tangan Puskesmas berperan sangat penting dalam menurunkan angka Seksio saesarea melalui edukasi penggunaan partograf.