RAHMAT MIRZANI

Dolar Melambung, Harga Tiket Pesawat Berpotensi Naik

-Ilustrasi: Pixabay/@Foto-Rabe-

JAKARTA – Kenaikan dolar terhadap rupiah memberi efek domino pada berbagai sektor. Khususnya iklim usaha dan kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia.

Diketahui, nilai tukar rupiah pada Mei–Juni 2024 mencapai Rp16.400/dolar. Dampak kenaikan dolar ini sangat dirasakan dunia penerbangan Indonesia. Kondisi ini membuat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) angkat bicara.

Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Putu Eka Cahyadi mengatakan, pihaknya masih memonitor pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terhadap sektor penerbangan.

Putu mengaku, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan dari maskapai terkait dampak pelemahan nilai tukar Rupiah ini.

BACA JUGA:Pertumbuhan Perekonomian Lampung Harus Inklusif

Terpisah, Kepala Data dan Publikasi asosiasi Maskapai Penerbangan Indonesia (INACA) Gatot Raharjo menyatakan, penurunan nilai tukar Rupiah ini memberi pengaruh besar pada bisnis maskapai penerbangan. Pasalnya, kurs Dolar menjadi salah satu faktor penentu pada harga tiket penerbangan.

"Kurs Dolar itu berpengaruh sekitar 70 persen dari TOC (total operating cost)/ biaya maskapai penerbangan. Jadi kalau kurs Dolar-nya naik, pasti TOC-nya juga naik," terang Gatot seperti dirilis disway.id.

Gatot menjelaskan, kenaikan biaya penerbangan secara otomatis akan ikut mengerek harga tiket.

"Jika maskapai tidak menaikkan tarif tiket, mereka bisa rugi. Karena tarif atau harga tiket ditetapkan pemerintah melalui tarif batas atas (TBA) ya maskapai bisa menjual tiketnya di batas atas (TBA)," terang Gatot.

BACA JUGA:Pariwisata Solusi Perlambatan Ekonomi Lampung

Bukan hanya pada harga tiket saja, sambung Gatot, pelemahan nilai Rupiah ini juga akan sangat berpengaruh pada harga bahan bakar pesawat yaitu Aviation Turbine (Avtur).

"Harga avtur dan sparepart itu mengikuti harga pasar internasional. Sparepart belinya pakai Dolar. Jadi kalau Dolar naik, harganya ikut naik," tutur Gatot.

Sebelumnya, Direktur Utama AirAsia, Veranita Yosephine menjelaskan, pelemahan nilai tukar Rupiah ini mengakibatkan kerugian sebesar Rp304 miliar pada kuartal I/2024.

Jumlah tersebut mencakup sekitar 39 persen dari total kerugian perusahaan pada kuartal I/2024. "Secara operasional, AirAsia mengakhiri kuartal I/2024 dengan mencatatkan kerugian sebesar Rp777 miliar," kata Vera melalui keterangan resminya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan