RAHMAT MIRZANI

Kelenteng Cit Seng Bio: Simbol Keberagaman di Lampung

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag), Supriyadi, bersama Sekretaris Provinsi Lampung Fahrizal Darminto dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag, Puji Raharjo, di Kelenteng Cit Seng Bio. -FOTO: M. TEGAR MUJAHID/RADAR LAMPUNG-

BANDAR LAMPUNG - Rumah ibadah umat Buddha di Bandar Lampung kembali bertambah dengan hadirnya Kelenteng Cit Seng Bio. 

Lokasinya di Jalan Slamet Riyadi Raya, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Bumi Waras. Tempat ibadah ini mulai beroperasi sebagai pusat keagamaan baru di kota tersebut.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag), Supriyadi, bersama Sekretaris Provinsi Lampung Fahrizal Darminto dan Kepala Kantor Wilayah Kemenag, Puji Raharjo, meresmikan kelenteng tersebut pada Jumat, 28 Juni 2024.

BACA JUGA:Polresta Bandar Lampung Siap Tingkatkan Patroli Selama Libur Sekolah

"Pengunjung kelenteng ini harus memiliki rasa memiliki sehingga terpanggil untuk mengisi dan menyemarakkan tempat ibadah ini. Keberadaan rumah ibadah sangat penting untuk menyemai kebaikan di tengah perbedaan masyarakat," kata Supriyadi.

Ia juga menyampaikan bahwa rasa memiliki akan mencegah upaya merusak kesucian rumah ibadah. Sebaliknya, kelenteng dapat diisi dengan kebaikan dan semangat positif untuk menghilangkan sifat-sifat dosa.

Fahrizal Darminto menambahkan bahwa keberadaan kelenteng ini merupakan wujud kekayaan dan kebhinekaan Indonesia, di mana berbagai agama dapat hidup rukun.

BACA JUGA:Apa Kabar Lelang Empat JPTP di Lingkungan Pemprov Lampung? Ini kata Pj. Gubernur Samsudin

"Semua umat agama di Lampung hidup rukun dan bersaudara. Kami yakin kelenteng ini dapat memberikan manfaat maksimal, tidak hanya untuk umat Buddha, tetapi juga masyarakat sekitarnya," ujarnya.

Kepala Kantor Wilayah Kemenag, Puji Raharjo, menambahkan bahwa kelenteng ini merupakan bagian dari penguatan umat, baik dari segi ilmu, agama, dan seni, yang semuanya menyatu dalam rumah ibadah.

"Masyarakat Bandar Lampung memang hidup secara plural dan bergandengan dengan berbagai agama sejak dulu," pungkasnya. (gar/abd)

 

Tag
Share